Sebuah Catatan Permulaan bagian 18
Bagian 17
Ini
adalah sesuatu yang memang gue rencanakan sebelumnya sehingga catatan ini terkadang
benar-benar menyimpang tapi kemudian selalu kembali kepada realitas dan
rutinitas yang ada. Tolong diingat bahwa ini hanyalah paradoks dilemma perihal kebimbangan
secara personal yang berangkat dengan teori dan analogika seadanya. Dan hal ini
gue lakukan secara sadar dan seirama dengan imajinasi juga motivasi tanpa
strategi ataupun metode-metode tertentu. Hanya sebuah salinan keseharian yang
sifatnya in-krusial. Sebuah upaya melawan ketakutan dari dalam diri, anggaplah
ia berupa “Penghalang mental”.
Simplenya adalah ketika lu berani memulai itu berarti lu punya nyali, dan ketika lu punya nyali maka lu mempunyai motivasi. Sementara motivasi cenderung datang dari dua arah yaitu sesuatu yang datang dari belakang dan sesuatu yang datang dari depan. “ Masa lalu dan masa depan”.
Simplenya adalah ketika lu berani memulai itu berarti lu punya nyali, dan ketika lu punya nyali maka lu mempunyai motivasi. Sementara motivasi cenderung datang dari dua arah yaitu sesuatu yang datang dari belakang dan sesuatu yang datang dari depan. “ Masa lalu dan masa depan”.
Sesuatu yang datang dari belakang adalah sesuatu hal yang
pengen gue hindari di masa depan. Hal ini semacam kegagalan atau juga
trauma-trauma akibat dari kelalaian yang menyebabkan kefatalan pada masa lampau.
Terjebak dengan obat-batan lalu kemudian gagal dalam studi kuliah, gagal dalam
percintaan, dan juga gagal sebagai seorang anak yang menghormati jerih payah
orangtuanya (tanggungjawab). Dan masih banyak lagi prilaku buruk pada masa
lampau baik yang disengaja ataupun yang tidak disengaja. Pada intinya, sesuatu
yang ada di masa lalu merupakan hal yang berorientasikan kepada semua tindak
buruk yang berujung pada penyesalan.
Sementara sesuatu yang datang dari depan adalah suatu
kemungkinan antara bergerak maju dengan dorongan dari belakang. Sehingga esensi
masa depan berubah menjadi keinginan yang memungkinan untuk hidup sehat lalu
mati dengan bijakasana dalam keadaan kaya raya. Kira-kira demikian. Tentunya
hal ini membutuhkan sebuah komitmen untuk bergerak maju. Simbiosis mutualisme
antara Imajinasi-Motivasi-Komitmen. Entahlah gue bahkan gak mengingat dengan
baik apakah ini adalah pemikiran Orisinal ataukah pengaruh dari bacaan yang
pernah gue baca atau juga informasi yang gue dengar. Jelasnya poin pada titik
ini adalah “Sanggupkah gue untuk merealisasikan komitmen yang dimaksud?
Sementara gue punya cukup imajinasi yang meliar dan motivasi yang menggunung.
Pertanyaan semacam ini lah yang kemudian mengharuskan
salinan ini terus berkelanjutan dengan dekorasi yang berlapis-lapis. Seperti
catatan kaki tapi berlapis. Sehingga maju-mundur dari alur cerita pada titik
ini tidak menjadi perkara penting yang sengaja gue abaikan. Lagi-lagi catatan
ini berangkat tanpa metoda khusus semacam induksi-deduksi atau juga sebaliknya.
Lalu ada pertanyaan lainnya semacam seberapa banyak orang
yang peduli dengan keberadaan kita?
Peduli dengan hidup lu yang menyedihkan,
atau juga peduli dengan hidup lu yang menyenangkan. Pekerjaan, pasangan,
tabungan juga investasi masa depan yang menjanjikan dan lain sebagainya.
Singkatnya sebuah prospek menuju kesuksesan. Lalu jika disederhanakan, maka hal
ini akan terbantahkan dengan sendirinya, yaitu
pada kenyataannya tidak ada seorangpun yang kemudian benar-benar peduli
dengan keberadaan kita jika mengacu pada naluri material dari sudut pandang
sebagai makhluk sosial. Ahh statement ini terlalu spektakuler. Maksud gue
adalah tidak semua orang benar-benar peduli dengan kehidupan lu terkecuali keluarga
kandung lu itu sendiri. Sampai disini ada yang paham? Ah bodoamat lah ya.
Wkakwkaka.
Bagi gue, kebanyakan dari kita sibuk dan mementingkan egonya
sendiri yaitu selalu mencari cara untuk memenuhi daya konsumtif yang cenderung
menjadi Prioriatas/nomer satu.
Oleh karena itu, gue semakin percaya bahwa hidup tetap
menjadi sebuah perjudian antara masa lalu dan masa depan meskipun konsep
seperti ini cenderung tidak diakui kebanyakan daripada kita.
So apakabar boy apakabar girl?
Tinggalkan semua realitas diatas.
Untuk kali ini gue hanya ingin berfikir dan berusaha untuk sungguh-sungguh
memikirkan bagaimana caranya menaklukan semua realitas tersebut dengan cara
yang benar-benar realistis. Misalnya membiarkan semua berlalu seperti air yang
berlalu. Ckckck udeh saik belon?
Bagaimana jika isi kepalamu memuat banyak ide-ide cemerlang?
Atau
Apa yang akan kamu lakukan jika di benakmu menyimpan banyak
cita-cita yang spektakuler?
Jawabannya : Rajin-ranjinlah berkarya supaya tidak gila!!!
hahaha
Gue hanya merasa seperti tercerahkan. Tercerahkan dari sudut
pandang baru, setelah selama ini terjebak dalam pemikiran yang kusut dan
dangkal. Harus gue akui bahwa “Pekerjaan” menjadi sebuah permulaan baru yang
potensial untuk merubah beberapa hal buruk pada masa lampau.
Simplenya seperti :
Menyadari bahwa susah dan senang ternyata bersifat sementara. Temporary.
Tentunya gue cukup yakin dengan kegamangan semacam ini. Untuk
memastikan bahwa hal ini benar-benar terjadi maka perlu di pastikan bahwa lu
cukup memiliki modal di kantong celana. Hahaeyy mulai ngaco. The fucking money,
ada uang lu senang gada uang lu menderita. Tae leddik.
Berapa uang yang lu hasilkan setiap bulannya?
Atau
Berapa banyak tabungan yang telah lu sisihkan?
Jika kebahagian di ukur dari nilai materi seberapa banyak
uang yang lu kumpulkan. Maka ini tentunya sebuah argument yang menyesatkan jika
dibenarkan. But, siapapun dapat membantah dan siapapun juga boleh membenarkan
bahwa keinginan atau hasrat memiliki banyak uang adalah sebuah fenomena yang
bersifat faktualis.
Pertanyaan seperti “Siapa yang hari ini tidak membutuhkan
uang?”
Ahh f*ck gue benci dengan PEMIKIRAN ABSURD semacam ini!
SEKIAN TANPA TERIMAKASIH!!
CANGGU, BALI 14-08-2019
Langganan:
Postingan (Atom)