Bagaimana
mendeskripsikan keadaan gue saat ini? Padahal di benak ada begitu banyak
kata-kata yang melintas. Berharap menjadi sebuah sebuah utas yang bermakna
namun malah menjadi paragraph-paragraph yang membingungkan. Apakah ini pantas
menjadi draft-draft kebingungan? Lalu jika iya maka untuk apa?
Ohh tidaak. Nampaknya ini adalah waktunya. Waktu yang sudah
di tentukan sebelumnya, sudah saatnya catatan ini menyimpang ke sudut dan ruang
yang berbeda.
Lalu tentang apa?
Maka pertanyaan ini akan bermuara kepada keberadaan tentang
al-kisah si Putri yang datang dari kayangan. Yang lahir dilangit ketujuh diantara
bintang-bintang dan benda langit yang bertebaran di ujung semesta nan jauh. Yap
Ia adalah si Putri Tanpa Nama.
Siapakah dia?
Dia adalah mentari pagi yang menjadi gemerlap di tengah
malam. Yang selalu hadir dikala mimpi
indah dan tidur panjang. Yang selalu muncul dan menebar senyum manisnya. Dan juga, yang selalu datang dan pergi tanpa
ragu ketika gue menginginkannya dalam tidur lelap malam panjang.
Yap Putri itu tidak bersayap meski ia datang dari kayangan.
Konon, selama hidupnya ia telah melakukan penghambaan kepada Tuannya sepanjang
waktu dan tiada henti. Tapi si Putri itu pernah patah hati. Terbuai oleh cinta
semunya di waktu yang lampau. Akibat sakit hatinya, ia kemudian memohon kepada
penciptanya agar ia tak ingin lagi ada cinta di dalam hatinya. Lalu dengan
segala kepedihan serta kesedihannya, ia kemudian mematahkan kedua sayapnya
tanpa sedikitpun takut akan penyesalan yang akan datang dikemudian hari.
Sungguh dilematis.
Ia pun kemudian terlempar ke bumi lalu terjebak dalam
realitas dan rutinitas yang ada di dunia. Meski kini ia menyerupai kebanyakan
manusia fana, namun keistimewaan dirinya sebagai seorang Putri tidak lah hilang begitu
saja. Senyumnya yang istimewa dan pandangan matanya yang tajam menjadikan
dirinya tetaplah seorang Putri yang berkharismatik. Meski ia tak lagi tinggal
di kayangan, ia tetaplah Putri dengan wujud yang rupawan dan mempesona.
SINGKAT CERITA, Suatu ketika ia menghampiri tidur panjang
dan mengganggu gugat mimpi indah yang kian menjamur di kepala. Entah apa yang
merasukinya. Ia datang begitu saja. Lalu mengeluarkan banyak kata-kata mutiara
yang tampak seperti murka seorang Adam kepada anak cucunya.
“Hei kau pria hitam,
bangunlah dari tidur panjangmu, apakah kau lupa dengan kewajibanmu ketika hidup
di dunia?”
Tanpa bisa menjawab
gue terbangun dari tidur panjang itu. Sembari bergumam, “Siapakah sesosok
misterius itu? Apakah ia nyata ataukah hanya ilusi semata?”
Lalu keesokan harinya, gue kembali kedalam tidur dan
berharap kepada sebuah keajaiban agar ia datang malam ini dan tinggal lebih
lama didalam mimpi panjang yang sedang
gue telusuri. Untuk kali ini gue lebih bersiap-siap dengan segala
konsekuensinya. Oh tidur aku takut denganmu tapi juga bangga padamu.
Terimakasih tidur. Kau menjadi istimewa.
Bagaimana tidak?
Kali ini si Putri tampak lebih nyata dari kedatangannya yang
pertama. Alis matanya yang lentik dengan kelopak yang bulat melengkapi senyum
manis dari bibirnya yang nampak memerah. Ia begitu nyata di depan mata. Apakah
ini keajaiban yang gue harapkan itu? Entahlah hanya Tuan tak bertuan yang
tahu.
Tapi kedatangannya kali ini benar-benar berbeda dari
sebelumnya. Bahkan tanpa kata-kata ataupun ocehan yang menakutkan seperti
kedatangannya di hari kemarin. Ia hanya meninggalkan jejak bahwa ia nyata.
Seolah menegaskan bahwa ia mempunyai eksistensi didalam kehidupan fana ini. Tak
satupun kata yang keluar dari bibir manisnya. Hanya tatapan tajam dengan senyum
yang mencibir yang terlihat jelas dari raut wajahnya. Sementara itu gue
bersusah payah mencoba menerjemahkan apakah gerangan dari pesan yang tersirat
dari kedatangannya kali ini. Sontak gue terbangun dan si Putri pun hilang
begitu saja.
Gue semakin penasaran. Siapakah sesusungguhnya gerangan yang
penuh misterius ini? Apakah kedatangannya atas kehendaknya sendiri? Ataukah ia
hanyalah utusan dari Tuan yang tak bertuan? Datang sebagai penghibur?
Semakin lama gue bergelut dengan pertanyaan-pertanyaan yang
membingungkan, semakin besar pula hasrat agar bisa menyapanya lebih jauh.
Sekedar ingin tahu perihal maksud dan tujuannya. Kira-kira begitulah
mengartikan hasrat yang sedikit malu-malu ini.
Malam berikutnya ia kembali datang kedalam tidur lelap
sesuai keinginan gue sebelumnya. Untuk kesekian kalinya gue selalu menginginkan
tidur panjang dengan mimpi yang indah.
Tiba-tiba suara itu
memecah keheningan.
“Tahukah kamu, bahwa
menyerah dengan keadaan adalah pekerjaan seorang pengecut?”
Perlahan Tanya itu
semakin nyaring dan jelas.
Untuk ketiga kalinya ia menghampiri dan kian terasa semakin
nyata. Seperti mimpi di dalam mimpi. Tanya itu seolah menyalahkan keputusaasaan
yang sedang menimpa tubuh ini.
Gue memilih diam dan hanya terpaku dengan pesona dan aura
yang tepancar dari balik tubuh cantiknya. Didalam pikiran gue terbuai khayalan,
memadukan halusinasi yang kian memukau. Sekilas pancarona itu terlihat seperti
cahaya biru pemberi harapan. Harapan yang ikut sirna bersama gelak tawa
semenjak putus asa datang menghampiri beberapa tahun kebelakang.
Demikian dengan ingatan yang menghitam, merah memudar di
tengah semangat hidup yang ikut terpuruk. Semua aral yang pernah terucap bahkan
tak pernah kembali. Meratapi kegagalan yang ganas menyerang. Sesaat gue
memikirkan akankah ia akan tinggal untuk selamanya? Lalu bagaimana caranya
menerima dirinya sementara ia adalah Putri yang agung? Ia layak menjadi
sempurna untuk dipuja.
Dalam kesunyian dan keragu-raguan lantas si Putri berseru
“Bangunlah, tidurmu sudah cukup untuk hari ini” Ia kemudian berlalu pergi
diantara peraduan yang belum sempat meredam pedih dan sedih. Apakah gue
terselamatkan? Ah entahlah si Putri kembali hilang meninggalkan bisik-bisik bertabur
pilu yang belum sempat terjawab.
Makna itu seperti pintu terlarang. Si Putri itu hanya
membangkitkan rasa yang pernah hilang, menanyakan asa yang pernah sirna. Bahkan
semua yang kelabu dan yang keliru kemudian dijadikan alasan bahwa gue layak
untuk hidup seribu tahun lagi. Jangan pulang sebelum Tuanmu memanggil, Setidaknya
itu adalah kalimat yang terucap sebelum si Putri benar-benar pergi menghilang.
Semenjak malam itu hidup menjadi ruang hindar yang semestinya
gue pijak untuk terus menghias jarak antara ada dan tiada. Gue menjadi curiga, bahwa curigaku pun selalu
di curigai sebagai sebuah kesalahan. Selalu saja ia menghilang di penghujung
kata yang penuh makna. Hari itu gue benar-benar kacau di buat olehnya.
Ia menjadi sangat misterius, sulit ditemukan, menjadi jarang
terlihat di mimpi-mimpi berikutnya. Sesekali ia datang menghampiri , melintas
melalui peristiwa di lini masa. Bukankah ia menjadi istimewa di dalam
mimpi-mimpi sebelumnya?
Senang lalu tertawa, sedih lalu termenung. Bahkan terkadang
keduanya tercampur menjadi satu adukan yang majemuk. Ah Putri kau benar-benar
berada diantara ada dan tiada. Bagi yang
telah lama terluka maka tiada lagi rindu yang akan mendekat. Hanya menjaga lupa
kepada mereka yang telah menjauh.
Setidaknya berkat si Putri Tanpa Nama itu, titik balik dari
kecewa pada masa lampau terobati secara perlahan. Hati yang pernah patah dan
retak kembali merasa pantas untuk menyukai kembali.
Sekedar pengharapanku agar kau tetap tahu. Lukamu, lukaku, adalah
luka yang pernah mendatangi kita semua.
Canggu, Bali 14/05/2019