Seringkali kita tak mencatat momen penting dalam hidup ini.
Saat itu terjadi, kau malah menganggap penting ketika sudah mengingatnya. Cobalah
sesekali!
Gue sempat berpikir bahwa gue telah menjalani hari-hari
buruk dalam hidup ini. Tapi ternyata salah, ada hal lain yang lebih buruk. Bak
perputaran roda, tiba-tiba kau seolah menjadi selebritas sampah. Kau menjadi
orang lain, bahkan pada dirimu sendiri. Kau bahkan tak bisa kembali menjadi
dirimu yang sebelumnya. Entahlah, tiba-tiba saja sulit mengatakan bahwa gue
baik-baik saja.
Akan tetapi, sebaliknya gue dalam kondisi yang sehat-sehat saja. Bahkan secara fisik berat badan gue bertambah drastis. Kata reorang gue jadi
gemuk. Ya gue bersyukur, pelampiasan yang tepat untuk menghabiskan uang untuk
jajan yang menyehatkan. Di titik yang lain, gue nyaris tak merasakan apa-apa lagi. Mungkin
yang gue maksud ini adalah beban, baguslah jika demikian. Lalu jika iya, apakah
ini bisa menjadi kekuatan super? Arrgghh gue butuh beberapa linting untuk mendapatkan
kekuatan super power. Hiyya hiyyaa.
So mungkin ini yang disebut ironi, kerja itu sangat
membosankan. Di kelilingi lingkaran para penghasut yang berstandar ganda, iya
orang-orang ini seperti anjing. Tapi dalam arti yang positif. Muehehe, gak pake guk
guukk. Sesungguhnya ini adalah kali pertama dalam hidup ini gue lebih banyak
bersyukur, juga sekaligus sering mengeluh. Abstrak bukan? wkwkk
Ehh tapi belakangan gue cenderung menjadi paranoid, ini
disebabkan setelah gue terlibat percekcokan di lampu merah beberapa waktu yang
lalu. Iya, gue bahkan baku hantam dengan bocah ingusan yang sosoan belaga
belagu di depan pacarnya. Kampret emang, dikata gue takut apa. Sini lu ngentot
ama tragedy! Fxck! Tapi setelah kejadian itu gue menjadi takut kemana-mana.
Lebih banyak waspada, dan lebih berhati-hati tentunya. Tau dah ahh puyeng. ckckckk
Gue benci kondisi semacam ini. Semakin banyak yang ingin
diungkapkan, semakin sukar pula gue untuk menulis? Kenapa? Apakah baik
ketika gue nyaman untuk menulis tapi kemudian dipaksakan? Fxck lah ahh!
Terus terang, gue merasa aneh. Sangat aneh. Semoga perasaan
ini tidak bertahan lama. Semoga.
Siapa yang pernah merasa menjadi kuda hitam dalam
persaingan? Ya gue merasakan itu di lingkungan tempat gue bekerja. Rasanya
seperti kuda poni di sebuah pertunjukan. Semua orang seolah meragukan kemampuan
yang gue punya, ya gue harus berbesar hati kalo ini wajar. Maklum lah anak
bawang. Ckckckk. Ya pada dasarnya gue harus menerima ini agar gue tak serta
merta menyalahkan mereka (rekan-rekan kerja). Percayalah gue masih mau berada disini. Hoaamm.
Pada kenyataannya semua nampak suram buat gue, mengingat
banyak hal yang telah gue abaikan sebelumnya. Meski begitu ibu gue pernah
berucap:; betapa pun buruknya kehidupan, selalu ada hal baik di sekitarnya.
Tinggal bagaimana caranya agar tetap fokus pada hal baik itu. Mungkin
saja hal baik saat ini adalah Pekerjaan. Hmmp.
Kadang-kadang pula gue sangat benci untuk bangun pagi, harus
mandi, berpakaian rapi, lalu berangkat ketempat kerja dengan mata yang perih.
Ya gue bisa saja berpura-pura untuk menikmati rutinitas ini. Bahwa gue
mempunyai kesempatan untuk membenah diri agar lebih baik. Selayaknya orang
kebanyakan misalnya. Ngarep!
Siapa yang sudah
mencoba “Hidup” sebagai orang baru dalam hidup ini? GUE!
Ada titik lain dari perjalanan hidup ini ketika gue hidup
sebagai orang baru. Dan ternyata ini semua bukan tentang gue semata. Masih
banyak melampui diri gue itu sendiri, missal : Ini tentang sahabat, tentang
kolega, tentang orang sekitaran gue saat ini. Baik di tempat gue bekerja atau
juga di tempat dimana gue tinggal. Ya para tetangga yang murah senyum itu.
Terimakasih semesta, untuk bagian ini gue harus berucap Terimakasih dari lubuk hati yang paling dalam. Thx God!
Ya sejujur-jujurnya gue senang menghabiskan waktu di Bali.
Momen semacam ini seperti melepas perban, pertanda sembuhnya beberapa luka
lama. Ya mungkin, dan tetap saja mungkin. Disini gue merasa lebih tenang, untuk
pertama kalinya sejak lama. Sedih dengan yang pernah berlalu, tapi tenang
dengan keadaan yang sekarang. Ya gue selalu meyakinkan diri untuk bertahan
dengan rencana ini, seolah ini merupakan tujuan baru. Intinya gue harus
melanjutkan hidup. Itu saja.
Tapi kenapa selalu saja ada yang tak beres? Misalnya
melakukan hal yang benar tapi terasa seperti melakukan kejahatan. Apakah
seseorang bisa sangat lelah hingga dia tak lagi merasakan batasnya? Gue seperti
meleleh tapi bukan dalam arti positif. Lagi-lagi hmppp.
Hidup ini cukup canggung, mungkin sebaiknya gue harus
bersikap baik kepada semua orang. Ada orang yang berbahaya ada pula orang yang
aneh. Mungkin saja ini adalah keseimbangan yang setara. Tapi kenapa lebih
banyak orang yang tidak waras ketimbang mereka yang waras? Ckckckk kocak!
Apakah ini bisa menjadi kejahatan besar? Ketika gue dengan
egois menghakimi kebanyakan orang bahwa mereka sudah gila! Sepertinya tidak,
mereka pantas mendapatkan itu.
Sampai dimana kita?.....
Ahh tidak rupanya kita sudah di penghujung tahun. Sebentar
lagi tahun baru. Mari berharap pada keajaiban agar batu loncatan di penghujung
tahun ini bisa merubah diri yang leha-leha ini menjadi pribadi yang lebih
produktif. Cheerrrss.
Canggu 16 Desember 2019