Terlalu naif ketika kita bersaing secara sehat, selalu ada
keegoan yang akan hadir baik dari pelaku pertama, kedua, ataupun ketiga yang
lainnya. Begitulah sifat alamiah manusia. Apapun bentuk persaingannya itu
selalu akan menghadirkan konflik, baik secara professional maupun amatiran
sekalipun itu, begitulah hubungan manusia dengan manusia. Kita manusia
diciptakan dengan begitu lengkapnya, sehingga manusia di anggap sebagai makhluk
hidup yang paling sempurna, tetapi di balik kesempurnaan itu masih banyak
terdapat kekurangan pada manusia, bukan berarti mengatakan bahwa manusia bukan
makhluk hidup paling sempurna, tentu tidak. Ketidaksempurnaan manusia ini hadir
di luar kendali manusia, dalam artian ketidaksempurnaan ini tidak di lihat dari
bentuk fisik melainkan suatu bentuk atau nilai yang tersirat. Kita bisa menilai
seseorang dari tingkah lakunya, sikapnya, sifatnya dan sebagainya. Itulah
ketidaksempurnaan.
Maksud dari pernyataan diatas adalah ingin menegaskan bahwa kita
tidak bisa menyalahkan tuhan ketika diri kita di pandang tidak sempurna oleh
orang lain, karena dalam hal ini nilai ketidaksempurnaan datang dari kita
sendiri. Salah satu contoh yang paling banyak kita rasakan tapi tidak kita
sadari adalah ketika kita di hadapkan suatu masalah (tantangan, rintangan,
cobaan, ataupun musibah). Kita cenderung berpikir “TIDAK MAMPU” untuk
menyelasaikannya bahkan takut untuk menghadapinya, inilah bentuk kekurangan
dari kita manusia. Hal ini seringkali membawa diri kita ke zona pesimis dan
secara perlahan menganggap diri kita tidak sempurna.Hal yang paling erat dalam
kasus ini adalah kita tidak mampu mengontrol pikiran alias kita tidak mampu
memberikan sugesti pada diri kita sendiri. Pasalnya secara alami diri kita
lebih mengetahui apa saja yang kita butuhkan sebelum kita memilih untuk
menyerap dan mendengarkan informasi dari orang lain.
Bentuk lain dari manusia makhluk paling sempurna adalah manusia
tidak pernah di sejajarkan dengan makhluk hidup lainnya di bumi ini, meskipun
pernah menjadi perdebatan di dunia ketika mengungkap ‘teori Charles darwin’
yang mengatakan nenek moyang manusia adalah spesies monyet. Kendati demikian
terkadang dari kita masih banyak manusia yang kadang kala bersifat animal,
dalam artian bersifat diluar sifat umum manusia. Brutal dan tidak manusiawi.
Terlepas dari itu semua plato dan aristoteles pernah mengungangkapkan teorinya
yaitu ;
·
plato menyebutkan bahwa Ia
memandang manusia terdiri dari jiwa dan tubuh. Dua elemen manusia ini memiliki
esensi dan karakteristik yang berbeda. Jiwa adalah zat sejati yang berasal dari
dunia sejati, dunia idea. Jiwa tertanam dalam tubuh manusia. sementara tubuh
manusia adalah zat semu yang akan hilang lenyap bersamaan dengan kematian
manusia. sedangkan idea tetap abadi. Sesuatu yang abadi terperangkap di dalam
sesuatu yang fana, itulah nasib jiwa. Tubuh adalah penjara bagi jiwa. Sebagai
zat yang berasal dari dunia idea, jiwa selalu ingin kembali ke dunia sejati
itu. Manusia yang bagian sejatinya adalah jiwa yang terperangkap dalam tubuh, selalu
merasa tidak bebas selama tubuhnya mengungkung jiwanya. Untuk membebaskan jiwa
dari dunia fana dan kembali ke dunia idea, manusia harus memenuhi dirinya
dengan hal-hal yang menjadi sifat utama dari jiwa. Sifat utama itu adalah
rasionalitas, keutamaan moral dan kabajikan selama hidup di dunia ini.
·
Aristoteles dengan
teorinya ia memandang manusia sebagai satu kesatuan. Tubuh dan jiwa adalah satu
substansi. Perbedaan keduanya bukan perbedaan esensial. Bagi Aristoteles jiwa
manusia tidak terpenjara dalam tubuh. Ketidakbebasan manusia bukan dalam
kondisi terpenjaranya jiwa oleh badan melainkan ketidakmampuan mereka
menggunakan keseluruhan sistem psiko-fisik dalam memahami alam semesta dan
ketidakmampuan mengembangkan dirinya dalam kehidupan sehari-hari,termasuk
kehidupan sosial. Tujuan hidup manusia adalah mencapai kebahagiaan, tetapi
bukan kebahagiaan yang hedonistik, bukan yang semata mementingkan kenikmatan
fisik. Kebahagiaan manusia adalah kebahagiaan yang dicapai dengan
tindakan-tindakan rasional .
Terlepas
dari kedua teori tersebut kita manusia pada umumnya meyakini bahwasanya kita adalah
makhluk hidup yang hadir di dunia karena suatu tujuan, dalam artian kita ada
karena di ciptakan. Di awali dengan bayi mungil kemudian merangkak dan terkadang di akhiri dengan wujud lanjut
usia yang bungkuk. Nah pada poin ini sebenarnnya sejak lahir manusia memiliki potensi-potensi yang dapat
dikembangkannya sendiri. Manusia tidak ditetapkan akan jadi apa nantinya, ia
bisa jadi apa saja karena ia memiliki semua potensi untuk jadi apapun. Yang
menentukan akan jadi apa ia adalah dirinya sendiri dengan bantuan fasilitas
dari lingkungan juga informasi yang di serapnya. Manusia pada tingkat tertentu
bertingkah laku bukan lagi karena dorongan-dorongan insting atau
kekurangan-kekurangan yang ada padanya, tetapi karena keinginannya untuk
mengaktualisasi potensi-potensinya. Sehingga ia bisa menjelma menjadi apa saja
sesuai naluri juga logika yang ia mainkan. Ia mencintai karena memiliki potensi
mencintai, bekerja karena memiliki potensi untuk bekerja, dan seperti ungkapan
dedi corbuzer bahwa “setiap orang ahli pada bidang-bidangnya sendiri”. Manusia
umumnya mempunyai daya jelajah imajinatif tinggi dan bervariatif, sehingga
tidak mengherankan ketika muncul beberapa orang dari kita dengan ide
cemerlangnya, tetapi jika menghitungnya secara teoritik maka kita sebenarnya
dapat melakukan apapun yang orang lain bisa lakukan. Dalam hal ini tingkah laku
manusia pada umumnya sama baik perkataan maupun perbuatan, tetapi satu hal yang
membedakan adalah cara berpikir setiap orang cenderung berbeda. Insting dan
dorongan naluri tiap orang akan hadir dengan berbeda tergantung logika dan
pemikiran dari orang tersebut untuk melakukan apa yang ingin dia lakukan.
Sehingga setiap orang mempunyai jalan hidup masing-masing tergantung keputusan
yang dia ambil dan dia tentukan.
Secara perkembangan perjalanan hidup manusia, di Indonesia sendiri
tipikal manusianya bisa di lihat dari kebutuhan dan keinginan. Dalam artian
kita bisa mengukur macam-macam orang Indonesia sesuai kebutuhan dan keinginan
mereka, meskipun secara matematik jumlah kebutuhan dan keinginan setiap orang
Indonesia akan berbeda tetapi secara universal orang-orang Indonesia tetap sama
yaitu mempunyai dorongan atau naluri untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya.
Orang kaya maupun orang miskin sama saja tetap berpikir bagaimana cara untuk
tetap bertahan hidup meskipun terkadang perilaku konsumtif seperti ini sukar
untuk dideteksi. Dengan keanekaragaman bentuk fisik manusia Indonesia,
orang-orang Indonesia secara umum mempunyai beberapa tahap perkembangan yang
hampir sama yaitu lahir, sekolah, bekerja, kemudian mati. Secara harfiah kita
menjalani hidup sesuai aturan yang berlaku di tempat kita bernaung alias Negara
Indonesia, sehingga kasarnya pengaruh kenyataan atau lingkungan di sekitar
sangat erat mempengaruhi cara kerja otak, dengan demikian otak lebih mudah
menuntun cara berpikir dengan menganalogikan bahwa kehidupan itu cukup dengan
mengikuti kenyataan yang ada, mencontohi lingkungan untuk mengejar sesuatu yang
di namakan kesuksesan. Umumnya pemahaman konsep kesuksesan oleh orang Indonesia
biasanya hanya memandang sesuatu yang bermuatan materi, sehingga tidak
mengherankan munculnya pandangan ataupun anggapan bahwa orang-orang yang sudah
melampaui materi di atas nominal yang tak terhingga adalah orang-orang yang
sudah mencapai kesuksesan. Sehingga seringkali pandangan ini menuntun kelompok
ataupun individual dari orang-orang Indonesia untuk melakukan hal yang sama,
yaitu mengejar dan menggapai materi.
Secara global pemahaman manusia di wilayah
eropa ( bangsa barat ) sudah berbeda jauh dengan pemahaman manusia di wilayah
timur khususnya Indonesia, dalam artian orang-orang barat hidup dengan prinsip
berpikir yaitu bagaimana caranya mempertahankan eksistensi mereka untuk tetap
hidup di dunia, dalam artian mereka tidak lagi mempermasalahkan bagaimana
mereka mati atau binasa nanti, tetapi sebaliknya mereka berpikir untuk
meniadakan ketakutan mereka terhadap anggapan bahwa setiap manusia akan mati
dan binasa, dengan cara memanfaatkan ilmu pengetahuan juga kemajuan teknhologi
yang telah ada. Sebaliknya manusia Indonesia ataupun orang-orang Indonesia
umumnya masih berpikir dan dipusingkan dengan cara berpikir yang sederhana
yaitu mencari cara untuk tetap bertahan hidup hari ini, memenuhi kebutuhannya,
dan mementingkan keinginannya esok nanti.Pada dasarnya tidak ada problem maupun masalah yang hadir pada titik ini, di karenakan faktor kenyataan mempunyai peran penting dalam proses pembentukan cara berpikir kita secara umumnya, sehingga logika kita lebih terpancing untuk memainkan sebuah peranan yang di ambil dari nilai yang tersirat, dalam hal ini informasi dan interaksi yang terjadi di sekitar. Jika kita melihat secara spesifik ada 2 unsur yang mempunyai peranan penting dalam proses ini yaitu keseimbangan antara alam sadar dan alam bawah sadar, maksudnya ketika pengaruh yang datang baik berbentuk informasi ataupun interaksi maka secara sadar maupun tidak sadar kita akan di pengaruhi dengan sendirinya, artinya sebelum otak mencapai ke suatu titik tindakan maka disitu logika sudah dipaksa untuk menerima kenyataan tersebut, sehingga ketika cara berpikir kita terbentuk maka dengan sendirinya dia di bentuk atas perintah informasi juga interaksi yang telah kita terima. Oleh karena itu tidak mengherankan kita manusia mempunyai cara berpikir yang cenderung berbeda meskipun dalam skala besar proses pembentukan cara berpikir berjalan di jalur yang sama. Hal ini akan berlangsung secara terus menerus dan berjalan secara continue.
Dan akibatnya
Apakah yang akan terjadi nanti merupakan konsekuensi yang seharusnya sudah siap untuk di terima, sayangnya kita seringkali melupakan poin ini, sehingga kenyataan yang datang secara berkala ini seringkali menjadi problema dan mengganggu berlangsungnya proses kehidupan kita. Dalam hal ini kita seharusnya lebih peka sehingga di kemudian nanti kita tidak lagi menyalahkan cara berpikir kita artinya jangan sampai kita memutuskan sendiri bahwasanya keputusan yang sudah kita ambil adalah sesuatu yang salah, karena itu hanya akan menimbulkan masalah bagi diri kita sendiri. Apapun yang sudah menjadi landasan kita sebelumnya maka itu juga menjadi landasan sesudahnya. Terlepas dari semua pengaruh yang sudah datang baik dalam lingkup konspirasi sekalipun itu.
hal ini mencegah kita agar supaya sebelum mengambil tindakan ataupun keputusan kita seharusnya berpikir lebih luas. Dalam kontes ini yang di maksudkan adalah bagaimana kita bisa menuntun otak juga isi kepala ini agar bisa menyesuaikan dengan kejadian yang ada di sekitar kita, apakah itu yang berbau politik, ekonomi, budaya, juga agama. Karena harus di pahami bersama bahwasanya lingkungan kita Negara Indonesia sudah terjangkit sebuah virus yang sudah merusak seluruh structural kepemerintahan kita, yang secara perlahan menggorogoti politik, ekonomi, budaya serta agama, sehingga secara umumnya rakyat Indonesia sudah terkena virus tersebut. Kita harus menyadari bahwasanya kita sudah terjangkit penyakit yang bisa membunuh secara perlahan, maka dari itu marilah kita bangun bersama, kita harus cepat tersadarkan akan seluruh kejanggalan ini. Memang penjelasan diatas tidak serta merta membuka
maindset berpikir bahwasanya kita sedang dalam berada di jalur yang salah. Meskipun demikian ada hal yang terselubung untuk kita ketahui dan harus di sadari bersama.
Pemikiran kosong ini tidak memerlukan kritikan dan saran !!!!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar