DARI TANAH LAMAHALA JAYA

SOSOK INSPIRATIF DARI TANAH LAMAHALA

               Tak akan ada yang tahu dari temen-temen pembaca, apakah Lamahala dan dimanakah ia berada. Pada dasarnya wajar saja karena letaknya secara geografis yang jauh dari hiruk pikuk ibukota jakarta. Lamahala merupakan sebuah desa terpencil yang berada di penjuru nusantara di sebuah pulau dengan nama Adonara. Lamahala masuk dalam kecamatan Adonara Timur, kabupaten Flores Timur, provinsi Nusa Tenggara Timur. Karena letaknya yang berada di pulau kecil diantara pulau-pulau kecil di kepulauan flores, maka tak heran bila banyak orang yang tak mengetahuinya. Akan tetapi dari tanah inilah lahir para leluhur yang menurut cerita setempat berhasil mengusir bangsa portugis dikala itu yang konon menjarah cendana di belataran hutan pulau-pulau kecil di kepulauan flores. Karena tidak bisa di pungkiri bahwasanya sejarah membuktikan peradaban portugis pernah masuk disana, meskipun tidak tertera secara jelas kapan pertama kali mereka masuk dan berapa lama mereka berada disana.


Terlepas dari sejarah panjang keberadaan bangsa portugis di kepulauan flores, artikel saya kali ini mencoba mengangkat sebuah cerita tentang sosok yang lahir dan dibesarkan di pelosok terpencil ini. Karena bagi saya sudah seharusnya sosok muda ini menjadi panutan dan inspirasi bagi banyak orang, terutama bagi para pelajar mahasiswa yang sudah lupa bahwasanya pengabdian terhadap masyrakat merupakan inti dari salah satu TRIDARMA perguruan tinggi. Yang sudah semestinya di eksekusi ditengah-tengah kehidupan bermasyarakat. Apalagi di era modern ini status sebagai sarjana cenderung memaksa seseorang untuk harus mencari pekerjaan, bukan menciptkan peluang pekerjaan. Sehingga penting bagi saya untuk mengangkat sosok muda ini kedalam sebuah cerita singkat sebagai acuan untuk jiwa-jiwa muda yang akan beregenerasi selanjutnya. Pasalnya sampai detik ini segala upaya yang di lakukan beliau tidak terlepas dari upaya untuk pengabdian terhadap masyarakat. Mencerdaskan generasi muda, serta upaya membangun lewo tanah sedari dini melalui jalur pendidikan.

Ada sejuta cerita di balik sosok muda nan sederhana ini, maka di kesempatan kali ini saya akan menceritrakan secuil cerita dari sosok yang penuh dengan ambisi ini. Bukanlah hal yang asing bagi mata dan telinga saya untuk mengenali sosok yang kerap di sapa bang Pion ini. Pasalnya,di pertengahan tahun 2004 sosok ini muncul di tengah kegiatan kepramukaan yang saya ikuti. Kala itu, saya hadir diantara sekian banyak siswa yang terlibat kegiatan ekstrakurikuler kepramukaan yang diadakan di madrasah, tempat saya menempuh studi wajib belajar sembilan tahun (SMP/MTSN sederajat). Yap beliau muncul sebagai salah satu pembina saat itu. Tak ada yang spesial kala itu, karena saya sendiri tak ada bakat dalam urusan peraturan baris berbaris ataupun teknis-teknis di dalam kegiatan kepramukaan tersebut. Sehingga saya secara pasif mengikuti step bye step kegiatan kepramukaan tersebut. Di lain sisi, sepak terjang beliau di urusan kepramukaan tidak diragukan lagi. Hampir seluruh siswa dari semua tingkatan sekolah mengenalnya. Masa SMA-nya di habiskan dengan urusan kepramukaan serta urusan OSIS disekolahnya. Sempat beberapa kali dikirim ke jakarta untuk serta mengikuti Jambore Nasional. Dimana turut hadir Susilo Bambang Yudhoyono yang kala itu menjabat sebagai presiden ke 5 untuk membuka acara tersebut. Adapun yang perlu perlu di garis bawahi adalah tidak semua orang bisa berangkat tanpa pembuktian dan kerja keras sebelumnya. Hinga saat itu berlalu tingkat kepopuleran beliau sudah di bangkitkan dan di bangun di saat beliau menempuh masa SMA-nya.

Berbeda dengan masa kuliahnya, tingkat kepopulerannya semakin menjadi-jadi, karena keberhasilannya dalam menuntaskan sebuah Novel. Sebuah karya yang langsung melambungkan nama penanya saat itu. Tidak tanggung-tanggung, hampir 3 ribu buku berhasil dicetak dan didistribusikan. Padahal sebelumnya, beliau sempat beberapa kali gagal masuk dalam perguruan tinggi (tidak lolos tes). Namun keputusasaan tidak sedikitpun menggubrisnya. Sempat juga di tawari oleh rekannya untuk masuk ke universitas lainnya. Tapi beliau menolak dan lebih memilih melanjutkan ambisinya untuk masuk di universitas yang di dambakan beliau (universitas negeri). Alhasil, upaya tersebut membuahkan hasil di tahun berikutnya. Beliau di terima dan berhasil menjadi salah satu mahasiswa di universitas terbaik di kota kupang. Kota yang kemudian mensejajarkan namanya sebagai sastrawan muda pada saat itu. Novel yang berjudul “Atma, Putih Cinta Lamahala Kupang”, yang berhasil dituntaskannya menjadikannya sebagai penulis novel pertama yang berasal dari daerah terpencil, daerah dengan 2 ribu jiwa di dalamnya. 

Sebuah kebanggaan luar biasa yang membutuhkan daya juang tinggi, serta semangat berekspresi tanpa ketakutan akan ‘gagal’ , yang kemudian berhasil menuntunnya menjadi penulis novel petama dari tanah Lamahala. Adapun kepribadian serta keuletan beliaulah yang mendukung dan menunjangnya sehingga membentuk jiwa kepemimpinan yang terus terpancarkan dari diri beliau. Lain lagi, ketika keberhasilan beliau memimpin IPMAL (Organisasi kedaerahan). Sebuah organisasi yang menghimpun seluruh pelajar mahasiswa dari tanah lamahala yang berada di kota kupang. Diantaranya, berhasil kembali mengangkat nama IPMAL yang sempat tenggelam akibat regenerasi yang lambat, membuat terobosan-terobosan baru di mana hal-hal yang ia dapatkan di lingkungan kampus di kombinasikan dan di aplikasikan di lingkungan asrama (sekretariat ipmal). Semisalkan, mengadakan pentas seni antara lain ; teater, pembacaan puisi, pentas musik, serta beberapa pentas kedaerahan lainnya. Adapun tujuannya, tak lain dan tak bukan untuk mengangkat nama organisasi yang di pimpinnya, sekaligus menjalin kembali tali silaturahim dengan tetuah yang sempat renggang sebelumnya.

Adapun hal lainnya adalah latar belakang keluarga yang dijadikannya sebagai motivasi serta ambisi penuh visi yang mendukungnya untuk mendulang kesuksesan sebagai anak muda berjiwa perubahan. Karena tak bisa di pungkiri, kehilangan sosok ayah sedari kecil nampaknya mempunyai faktor penting dalam perjalanan karir beliau. Tampaknya pembuktian yang beliau lakukan sudah sepatutnya menjadi contoh bagi anak muda sekaligus anak rantau yang sedang melakukan studi diluar tanah lamahala. Yaitu menjadi pelajar mahasiswa tidak semestinya sekedar mengurusi nilai akademik di dalam kelas semata. Akan tetapi berani mengexplore diri sejauh mana daya kreatifitas dari potensi yang ada dalam diri, untuk kemudian dapat dijadikan peluru tajam sebagai celah untuk dikenal, saling mengenal, dan dalam usaha membangun jiwa muda yang jauh dari kata Apatis.
Hingga saat ini, setelah menyelesaikan masa studi perkuliahannya, beliau telah kembali ke tanah kelahirannya. Tempat tinggal dengan adat istiadat serta budaya kultur yang sangat kuat. Saat ini beliau menjadi tenaga pengajar di salah satu sekolah di kecamatan adonara timur, dan berhasil mendirikan sebuah pondok atau taman membaca bagi anak-anak lamahala yang tidak mampu bersekolah akibat kebutuhan ekonomi yang beragam. Adapun pondok membacanya saat ini dijadikan sebagai pintu untuk dibukakannya sebuah sekolah khusus (sekolah paket). Sekolah bagi anak-anak yang berusaha mengejar ijazah baik di tingkat SD ataupun tingkat SMP.


Berikutnya adalah nilai yang tersirat dari agenda terbentuknya sekolah khusus, yaitu membantu dan mendorong bagi anak-anak dari keluarga yang tidak mampu sebagai upaya untuk meningkatkan kecerdasan dan kesadaran pentingnya dunia pendidikan sedari dini yang tergolong rendah di provinsi NTT, khususnya pelosok layaknya tanah Lamahala.
Seperti yang sudah di gambarkan di atas, maka tingkah laku positif seperti ini sudah semestinya mendapatkan dukungan penuh, meskipun dengan keterbatasan sumber daya manusia yang ada. Akan tetapi semangat membangun dan semangat perubahan sudah seharusnya menjadi prinsip dasar kita sebagai “agen of change”, bagi tanah air, tempat tinggal, dan nusa bangsa kita.
Terakhir dari saya adalah tulisan ataupun artikel ini sengaja di buat tanpa adanya wawancara ataupun diskusi khusus dari sosok muda yang saya hadirkan di atas.

NOTA BERIKUT          
Novel pertama : Atma, putih cinta lmahala kupang.
Novel kedua : wasiat kemuhar.
Dan sebuah buku berisikan kumpulan puisi dari anak-anak lamahala yang berhasil dibukukan olehnya.

Adapun nama sapaan :
Nama lengkap     :  Muhammad soleh kadir
Nama pena         :   Pion Ratulolly

TTD ; Pejuang Senyum


TTD : PejuangSenyum


Tidak ada komentar:

Posting Komentar