INTRO
Setelah sekian lama tidak lagi
muncul di dunia blogger maka akhirnya saya meluangkan waktu untuk kembali eksis
di dunia blogger. Wkwkkwkk macam penulis professional saja hahaha. Tapi apapun
itu pada kesempatan kali ini saya hendak berceritra. Dimana fakta selangkangan
wanita ternyata dapat menyesatkan banyak orang. Wakakaka intro.
Sejujurnya saya suka menulis tapi tak pandai dalam merangkai
kata untuk menjadi kalimat yang dapat menyentuh orang lain ketika membacanya.
Akan tetapi saya tidak peduli dengan hal itu. Yang jelas, saya hanya berupaya
untuk mengimbangi rasa suka ini yang sudah terlanjur berubah menjadi gairah.
Gairah yang harus segera dituntaskan. Rasa-rasanya seperti orang yang kbelet ingin bercinta. wwkwkwkk. Adapun
poin pentingnya adalah saya tidak membutuhkan pembaca yang akan menilai tulisan
omong kosong ini. Akan tetapi saya akan berterimakasih sepenuh hati kepada
kalian yang sudah mampir di laman pribadi saya ini. Terlebih-lebih kepada
kalian yang sudah sering mampir disini. Wkwkwk
ngarep.
DINAMIKA ATAU
RETORIKA??
Faktanya
orang pacaran bisa saja putus, orang yang menikah bisa saja bercerai, bahkan
orang yang hidup masih bisa dipisahkan
oleh kematian. Lalu apalagi yang kau tangisi untuk sebuah perpisahan?
Bukankah hidup telah menjelaskan secara gamblang bahwasanya perpisahan itu akan
selalu terjadi kapanpun, dimanapun, atau dengan siapapun. Lalu kapan kebanyakan
dari kita akan menyadari hal sederhana ini? Padahal realita kehidupan begitu terang
benderang memberi tanda bahwasanya fakta berpisah akan tiba sesuai waktunya.
Dilemma bahkan cerita derita mungkin saja mengalir secara berbeda untuk setiap
orang, akan tetapi pada dasarnya tetap sama. Yaitu setiap orang akan
mengalaminya, termasuk dengan apa yang namanya perpisahan. Seperti air sungai
yang selalu bermuara kepada laut. Begitulah fakta perpisahan.
Dalam sebuah hubungan, dalam hal ini hubungan berpasangan maka sudah lumrah ketika perbedaan pendapat melahirkan sebuah pertengkaran, tidak sedikit juga yang berakibat fatal yang berujung pada pecahnya kekerasan fisik. Akan tetapi perlu digaris bawahi adalah semua persoalan yang muncul merupakan konsekuensi dari sebuah hubungan. Oleh karenanya sebagai manusia yang CERDAS alangkah baiknya menyikapi segala sesuatu di dalam sebuah hubungan harusnya bersifat objektif dan teoritis. Bukan mengikuti naluri emosional semata. Sehingga dapat menjaga keberlangsungan hubungan yang telah dirajut dan dibangun bersama.
Perlu diketahui bahwasanya ini adalah catatan pribadi dimana
takdir tuhan telah menggariskan kenyataan menikah muda harus saya jalani.
Melewati kenakalan remaja dengan hura-hura, serta mengabaikan urusan kuliah
dengan hal-hal yang tidak penting. Belajar nakal lebih tepatnya, mencoba-coba
segala jenis minuman keras, juga segala jenis obat-obatan yang memabukan hingga
selalu mengutamakan kebutuhan selangkangan. Tak peduli menghabiskan uang hanya
untuk kesenangan sesaat. Jika merenung, maka terlampau banyak dosa yang sudah
terlanjur dilakukan. Mengacuhkan tanggungjawab terhadap orangtua yang dengan
sengaja mengabaikan jerih payah yang telah dikucurkan lewat keringat dan kerja
kerasnya. Pada intinya kala itu tingkah laku negative hampir tak bisa
terabaikan. Jika protes kepada tuhan bisa merubah takdir, maka setiap harinya
akan saya habiskan untuk menuntut dan memohon agar garis hidup ini tidak perlu
datang kejalur hidup yang saya lalui. Karena ketika menyadarinya semua yang
sudah terlewati ini begitu hampa, hanya kesia-siaan serta kegamangan yang tidak
ada artinya. Hingga sampailah pada titik ini dimana kenyataan menikah muda
menghampiri.
Pada dasarnya menikah muda sebenarnya mempunyai nilai
positive, akan tetapi tetapi bagi saya bukanlah hal yang patut untuk
dibanggakan. Menikah muda dengan pernikahan di bawah tangan sungguh mempunyai
konsekuensi yang teramat berat. Pasalnya komitmen yang telah dibangun
sebelumnya bisa dengan mudah runtuh oleh keegoan yang lahir nantinya. Poin berikutnya
adalah menjadi laki-laki diharuskan mengemban tugas tanggungjawab, karena amanah
tanggungjawab yang lahir setelahnya adalah tanggungjawab dunia dan akhirat. Wallahualam.
Kembali kepokok permasalahannya. Analogika perbedaan
pendapat pasangan muda sederhananya seperti berikut, yaitu membandingkan atau
meributkan asal muasal telur dan ayam. Manakah dari keduanya yang lahir
terlebih dahulu. Dinamika ini sama
persisnya dengan perbedaan pendapat didalam hubungan berpasangan. Maka demikian
perdebatan akan hadir diantaranya. Terlebih jiwa muda merupakan pribadi yang
labil dan emosional, sehingga tidak mudah begitu saja mengesampingkan keegoan
yang sudah berakar didalamnya. Tentunya jika hal ini tidak segera diatasi, maka
bukan tidak mungkin masalah sederhana bisa menjadi perkara yang besar, dan
perkara besar bisa mengakibatkan hal yang fatal.
Jika menelaah jejak bijak dalam menjaga sebuah hubungan, maka
sebuah hubungan berpasangan membutuhkan wawasan serta sikap yang bijaksana. Hal
ini tentunya memerlukan pembekalan pengetahuan yang semestinya menjadi prinsip
dikemudian hari nanti. Akan tetapi jika anda menikah karena kelalaian
(kebebasan kebablasan) atau lebih kasarnya karena menghamili pasangan anda,
maka pertanyaan yang muncul adalah sudahkah anda siap untuk menjalaninya?
Terlepas dari urusan cinta mencinta, hakikat pernikahan
adalah bentuk penghambaan kepada tuhan yang maha kuasa. Sehingga jika
pernikahan mengandung unsur pemaksaan ataupun hanya retorika tradisi menjaga nama
baik keluarga. Maka siapakah yang pantas bertanggungjawab dengan perpisahan
yang akan datang dikemudian hari?
REALISTIS YANG LOGIS??
Jika
dalam kasus ini anda menempatkan diri sebagai seorang wanita, maka apa yang
akan anda rasakan? Bukankah setiap wanita mendambakan pernikahan yang megah?
Karena faktanya, kebanyakan wanita menginginkan pernikahan yang “wah”, harus berkesan, dan mempunyai
tingkat kerelegiusan yang khidmat. Hal ini berbanding terbalik dengan
kebanyakan pria. Karena kebanyakan pria cenderung memilih pernikahan yang
sederhana. Jika dipilahpisahkan maka kebanyakan wanita mendambakan tipe pria
yang baik akhlaknya, pengertian, perhatian, serta bersikap dewasa. Dan tentunya
bisa memenuhi kebutuhan materi dalam berumah tangga. Sementara bagi seorang
pria cukup dengan memiliki atau menikahi wanita yang smart, karena wanita yang smart sudah pasti bisa mempercantik
dirinya. Adapun uraian tersebut tidak serta merta mewakili kebanyakan pria
ataupun wanita dimanapun. Hanya saja asumsi tersebut bisa mewakili fakta yang
terjadi di sekitar kita.
NOMINA SATU (PUBER
KELIMA)
Tahun
2013 merupakan tahun dimana kisah cinta dan semua tragedy ini dimulai. Seperti kebanyakan
muda mudi saat itu. Social media mempunyai peran penting dalam mengawali
perkenalan yang kemudian berujung pada sebuah pertemuan. Entah setan apa yang
melintas di benak, yang jelas masih teringat dengan akurat dimana pertemuan
perdana itu mengubah semua alur yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Intim,
begitulah sepasang muda mudi memulai perjalanan cinta yang sesungguhnya
diantara mereka tak satupun mengerti apa itu cinta dan apa itu urusan ketika
mencinta. Hanya sepasang remaja yang terbuai dengan indahnya asmara, terlena
oleh pesona satu dengan yang lainnya. Dan terjebak dalam dosa yang tak ia
sadari.
Begitulah cinta, hanya mereka yang sedang jatuh cinta yang
dapat merasakan dan menafsirkannya. Indah, sungguh indah, dan memang indah.
Tak butuh banyak waktu untuk saling mengenal satu sama
lainnya. Selang beberapa bulan kemudian komitmen “buta” mulai tercipta. Dimana janji
setia mulai terucap, dan semboyan jangan ada dusta diantara kita mulai di kumandangkan.
Tidak seperti kebanyakan muda mudi lainnya, cinta dalam perspektif selangkangan
mulai bergerilya semau gue.
Akan tetapi, ini adalah hal baru bagi saya dikala itu. Terjebak
dalam kesenangan mencinta. Hingga yang tersisa dibenak adalah kapan dan dimana
kami akan menghabiskan waktu bersama. Tak peduli berapa persen yang tersisa di
dompet. Tasik-jakarta, Jakarta-bogor. Harus ditempuh setiap minggunya. Tak jarang
pula menyisakan sedih dan pilu ketika harus mengantarnya pulang ke tasik. Seperti
tidak rela melepasnya untuk pulang. Ahhh cinta
kau memang buta juga Jahannam hahahaha.
Pernah sekali ketika waktu liburan panjang terpaksa
memisahkan sepasang muda mudi ini. Dipisahkan oleh jarak dan waktu, memunculkan
perkara baru yaitu mempertanyakan kesetiaan satu dengan yang laiinnya. Ditengah
gelora asmara yang masih menggebbu, rasa ragu mulai menghampiri. Perlu diketahui
bahwasanya kita berada dikota yang berbeda, saya dibogor dan dia di tasik. Lalu
ketika libur maka ia akan menghabiskan masa liburnya di kota kupang, jauh di
ujung timur. Gimana gak kangen lu?? Wahahaa
anyingnyong. Akan tetapi, ternyata
hal itu pun mudah di atasi. Menjawab kerinduan dengan sebuah perjumpaan adalah
pernyataan tanpa kata, dan tanpa tanda tanya sesudahnya. Ya begitulah. Rindu selalu
bermuara kepada pertemuan. Dan ketika momentum itu terjadi, maka hilanglah
segala keraguan juga kegundahan yang menjadi Tanya sebelumnya.
Sembari berjalannya waktu, sampailah hubungan perpacaran ini
ketelinga orangtuanya. Dan sial bagi saya. Ternyata orangtuanya (nyokap) tidak merestui atau lebih
tepatnya tidak menyetujui anak gadisnya untuk berhubungan dengan pria ini. Masalahnya
sederhana, yaitu berkulik di masalah adat, suku, atau tradisi, ataupun
semacamnya. Singkatnya, ada perbedaan visi dari orangtuanya (nyokap). Sehingga ada larangan keras
yang kemudian membatasi gerak gerik diantara kedua muda mudi yang terlanjur
saling jatuh cinta itu. Alhasil petak umpet pun mulai dimainkan. Sembunyi-sembunyi
adalah episode selanjutnya yang menghiasi perjalanan cinta diantara kedua muda
mudi ini. Yap, tanpa persetujuan cerita ini berlanjut.
NOMINA DUA (SI KEPALA
BATU)
Labil, keras kepala, tetapi
mandiri adalah beberapa sifat yang menjadi identitasnya. Mudah bergaul, dan
punya daya Tarik untuk disukai banyak orang adalah hal lain yang menjadi
pembeda dari kebanyakan anak gadis yang pernah saya jumpai. Adapun alasan kuat
yang mengharuskan saya untuk tidak melepasnya adalah banyak hal yang tidak
pernah saya lakukan ada pada dirinya. Awalnya ia hanyalah bocah ingusan yang
memberanikan diri untuk berjumpa dengan orang asing. Sama halnya dengan
keberadaan saya, berlagak dewasa sembari basa basi untuk memulai percakapan
ketika pertemuan perdana itu. Tak disangka, rasa mengalahkan asa secepat kilat.
Lalu lalang tak terlihat.
Kulitnya hitam tapi senyumnya manis. Gaya bicaranya sompral tapi sedikit kekanak-kanakan. Matanya
yang bulat dengan alis yang bak di belah pedang menyempurnakan refleknya yang
ke”tomboy-tomboy”an. Yap anak gadis
kecil itu setahun berikutnya menjadi menawan dengan rambut panjang gemulai di
balik bahunya. Hidungnya yang mungil serta bentuk bibirnya yang menggairahkan menjadi
satu kesatuan yang perfecto.
Hanya dari beberapa posisi tertentu ia akan terlihat sangat cantik mempesona dengan ikalnya yang
terikat ataupun dibiarkan tergurai. Tawanya yang khas dan piawai bermain gitar
menjadikan ia idola yang sempurna. Yomss tidak ada keraguan bagi saya untuk
mengidolakannya. Lalu ada kelebihan lainnya yang hampir tak pernah
diperlihatkan adalah ia ahli dalam
hitung menghitung bermain angka. Meskipun dalam pengakuannya ia tidak menyukai hitung menghitung,
namun bakatnya dalam hitung menghitung tak tertutup begitu saja.
BERSAMBUNG…..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar