Malam
telah larut dan gue baru saja menghadap layar laptop. Di pojok sudut kanan
bawah Nampak sederet angka yang menunjukan Pukul 02.15 AM sebagai penanda dini
hari segera tiba. Dan angka lainnya mewakili hari dan tanggal yakni 05/05/2019
di tahun masehi musim penghujan. Yap semenjak kedatangan gue di pulau dewata
musim penghujan pun belum juga berakhir. Sebaliknya waktu berganti dengan
cepat, hari-hari berlalu tak pernah melambat. Ada secerca harapan sekiranya apa
yang kita lakukan dalam keseharian setiap harinya tidak meninggalkan
kecemburuan di sekitar kita, mengingat sebagai manusia ada naluri iri dan
dengki yang tak pernah padam meski secara alamiah kita telah menyadari bahwa
susah senang acapkali dirasa sama, dan bahkan susah senang silih berganti
adalah kesementaraan yang mutlak. Life
is temporer. Secara manuasiawi kita menyadarinya akan tetapi kita pula
mengabaikan keabsah-annya.
Ada beberapa kabar buruk yang sekiranya menjadi bahan dalam
lanjutan catatan ini. Tentunya masih perihal yang sama yaitu pekerjaan dan survival. Ya semenjak gue memilih Bali
sebagai pelarian, ada harapan besar untuk mengubah kebiasaan lama yang dari
dulu selalu melekat dan menjadi dominan dari keseharian gue Yaitu Pemalas dan
Penunda. Malam susah tidur, Pagi susah bangun, dan Siang selalu ngantukan. Dan masih banyak lagi penebusan yang harus gue kerjakan jika sang Maha Penguasa menghendaki. Yes i always to hope. Gue
sadar, mungkin beberapa dari kawan-kawan mengalami hal yang sama. Dalam istilah
kesehatan biasa dikenal dengan sebutan insomnia. Tentunya ada banyak factor
dibalik penyebab susah tidur ini. But persetan dengan insomnia. Ada hal lain
yang pengen gue tulis hari ini.
Setelah email gue di bales beberapa minggu kemarin maka
sesudahnya gue mendapat panggilan perihal wawancara. Awalnya gue cukup pede karena sesi wawancara tidak jauh
dari apa yang gue prediksikan sebelumnya. Apalagi beberapa pertanyaan dalam
sesi wawancara memang sesuai keprofesian gue dulunya. Yap gue cukup yakin
meskipun disatu sisi gue minim ilmu teori perihal kelistrikan. Tapi gue tetep pede, apalah itu gue cukup sigap untuk
menjawab beberapa pertanyaan seputar apa itu arus AC DC atau juga bagaimana caranya membuat partisi dalam
installasi listrik rumahan. Ada beberapa tahapan yang harus gue lewati
tentunya. Tes tulis dengan essay bahasa inggris. Dan juga wawancara dengan owner atau pemilik usaha itu sendiri.
Meski gue mampu menyelesaikan beberapa hal tersebut, gue gak
langsung diterima dan di intruksikan untuk menunggu telephone dari perusahaan.
Lagi-lagi fase yang menjanjikan.
Selasa siang handphone gue berdering kencang:
“Selamat siang, apa
benar dengan Pak Fajri?” terdengar suara sesosok perempuan di ujung telephone.
“Iya benar sekali.
Dengan saya sendiri.” Sahut gue dengan spontan.
“Jam 2 siang pak
Fajri bisa menghadap ke kantor?” kami dari LoveAnchorCanggu.
“Oh iya mbak, bisa.”
“Nanti langsung aja
datang ke Office. Kalo bapak bersedia kita langsung teken kontrak perihal
kontrak kerja” Ujarnya lagi dari ujung telephone.
Dalam hati “Anyingg
aing keterima gawe” HA HA HA.
Dengan riang dan
berseri-seri telephone pun segera gue matikan dan bergegas bersiap-siap menuju
kantor sesuai instruksi yang barusan gue terima. Akhirnya gue keterima gawe
sebagai engineering di salah satu pusat perbelanjaan di daerah Canggu kabupaten
Badung, Bali. Hell yeah gak!? Wakakaka.
Okeh lanjuuut.
Pukul 01.45 Pm gue meluncur ke tempat yang telah dijanjikan.
Adalah Office, sebuah ruangan persegi empat yang belakangan gue kenal sebagai kantor pusat dalam pengoperasian dan
pengontrolan adminstrasi dan juga mengawasi kinerja staff-staff yang bekerja di
dalamnya. Nampak juga beberapa deretan monitor computer sebagai penunjang dari
fasilitas diruangan ini. Ruangan ber-AC dengan dekorasi classic lampu pijar yang
melingkar di langit-langit juga interior dinding berbahan dasar kayu jati yang
tampak masih baru. Seperti bekas pernis di ujung-ujung dekorasi yang masih
menyisakan jejak bahwa ruangan ini sepertinya baru habis di renovasi.
“Selamat siang pak,
saya HRD dari office ini. Untuk selanjutnya bapak akan berurusan dengan saya
dalam hal koordinasi dan juga konsultasi apabila bapak menyetujui dan berkenan
untuk bekerja pada perusahaan kami.”
“Bapak bisa baca dulu
perjanjian kontraknya. Jika ada pertanyaan silahkan untuk di tanyakan.” Makasih
ucapnya sambil menyodor draft kontrak kerja.”
Untuk beberapa saat gue membaca passal demi passal secara
seksama. Meski begitu otak gue udeh dipenuhi dengan semangat kerja sembari
berharap ini adalah jawaban dari usaha gue belakangan ini perihal pekerjaan.
Dan keyakinan itu semakin menguat bahwa awal baru yang gue impikan belakangan
ini terpenuhi. Yaitu bekerja dan bekerja. Make a money for my self. Wanjing! Gue
hanya berharap bisa menghasilkan uang dengan cara yang benar dan dengan
keringat sendiri tanpa membuat risih orang lain. Hmppp.
Dan DONE. Tanpa sedikit keraguan gue menandatangani surat
perjanjian kontrak kerja tersebut. Meski gue dalam posisi formal dan dalam
keadaan negoisasi, tapi otak gue udeh berterbangan kemana-mana. Membayangkan
menghabiskan gaji pertama dengan Sohib gue. Yoi doi adalah orang pertama yang
harus gue cekokin. Barangkali hukumnya menjadi fardu ain untuk yang satu ini.
Muehehe.
Byarr!!! Lamunan gue buyar ketika suara yang sama
menghampiri tempat duduk gue.
“Jadi ini adalah list
kerja bapak. Bapak akan ditugaskan sebagai engineering dan juga sebagai
maintainence. Sehingga bapak akan bertanggungjawab secara penuh sesuai SOP dan
standar dari porsi kerja bapak.” Ungkapnya panjang lebar sekaligus menjelaskan
apa-apa saja yang akan menjadi pokok pekerjaan gue nantinya.
“Oia jangan lupa
tugas bapak mengontrol dan mengatur jadwal pemeliharaan terkait alat-alat
elektronik di tempat ini.” Jelasnya lagi. Bapak bisa hubungi saya di nomer ini
atau juga lewat email kantor. Ungkapnya melanjuti penjelasannya.
Dalam benak gue sih antara faham dan tidak faham ketika di
hujani sebegitu banyak penjelasan
perihal porsi kerja gue nantinya. Meski
begitu gue tetap menunjukan gelagat bahwa gue faham sepenuhnya atas penjelasan
demi penjelasan yang baru saja ia utarakan.
Sebelum gue melanjutkan pertanyaan lebih jauh. Suara itu
kembali berucap, “Oia sebagai penyesuaian jam kerja bapak untuk sementara
dimulai dari pukul 12.00 siang sampai pukul 08.00 malam.” Untuk lebih lanjut nanti
akan saya informasikan.” Tuturnya mengakhiri pembicaraan.
Tanpa protes dan Tanya yang belum sempat di tanyakan gue
akhirnya menyetujui dan menyesuaikan segala sesuatu sesuai penjelasan dan SOP
yang diserahkan olehnya.
Semangat itu masih menggebu-gebbu dan
mudah saja untuk di prediksi. Malam itu gue gak bisa tidur dengan nyenyak. Semangat
yang menderu dan berpacu dengan malam panjang benar-benar membuat tidak nyaman. Huh
hah hoohh.
Handphone gue kembali berdering:
“Selamat pagi, Pak
fajri jadi kan siang ini mulai masuk kerja?”
“Iya bu, saya akan
tiba di sana sesuai jadwal”.
“Baiklah, ada
beberapa hal yang mau saya sampaikan”.
“Oke baik bu”. Balas gue.
Dan booomm hari pertama berjalan dengan lancar. Meski rada
kaku ketika gue di perkenalkan ke karyawan yang lain perihal gue sebagai
karyawan baru, tapi semua tetap berjalan lancar. Tugas gue pun terbilang sederhana. Hanya melakukan
controlling sepanjang hari dan sesekali melakukan koordinasi dengan staff
keamanan. Koordinasi harus terus gue lakukan karena menurut mbak HRDnya gue harus
melakukan itu secara rutin selama jam kerja.
Okeh kita masuk hari kedua. Hari ini gue harus ke toko
elektronik untuk melakukan belanja rutin dari kantor. Ada beberapa alat
elektronik yang harus gue beli dan alat-alat tersebut akan dijadikan inventaris
penunjang di tempat gue bekerja. Menurut informasi dari satpam, ada banyak
alat-alat elektronik yang hilang selama renovasi berlangsung. Sehingga di
perlukan untuk melakukan belanja, apalagi ini termasuk belanja rutinan. Lagi-lagi
semua berjalan lancar.
Hari ketiga, gue memutuskan untuk datang lebih pagi. Tepatnya
pukul 08.00 wita. Adapun yang gue rencanakan adalah jika gue masuk pagi maka
kemungkinan besar pukul 16.00 wita gue bisa pulang. Hal ini tentunya sesuai
dengan jam kerja dari setiap perusahaan yang ada di Bali.
“Pak fajri dimana? Bisa
menghadap kekantor”? tiba-tiba sebuah pesan masuk lewat jejaring sosial wassapp.
“Iya baik bu”. Balas gue
sembari bergegas menuju kekantor.
Sesampainya gue di office.
“Pak fajri kenapa
masuk pagi tanpa pemberitahuan”? Tanya HRDnya.
“Oh iya bu, saya
sengaja datang pagi karena saya harus preparing sebelum memulai kerja”. Jawab gue.
“Iya tapi bapak harus
melakukan laporan. Tidak bisa seenaknya mau masuk pagi atau siang”. Perlahan nada
si HRD semakin menaik.
“Iya bu maaf
sebelumnya jika belum ada pemberitahuan. Saya berniat akan menjelaskan kepada
ibu jika ibu sudah tiba dikantor pagi ini.”
“Lah kok kamu
nyalahin saya, saya emang datangnya jam segini.” Asal bapak tahu, kontrak bapak
bisa gugur kapan aja jika saya memutuskan. Bapak jangan macam-macam dengan saya
ya.”
“Iya bu, sekali lagi
saya mohon maaf”.
“Gak bisa, saya gak
suka jika karyawan saya tidak memenuhi aturan saya”. Sebaiknya sekarang bapak
pulang saja dan tunggu panggilan dari saya”.
“Maksud ibu?”
“Kamu gak usah banyak
nanya deh, sekali lagi saya beritahu. Kapanpun saya mau Pak fajri bisa saya
pecat dari tempat ini.” Ungkapnya ketus.
Dalam hati gue bilang
“Si anying bangsat, gue salah apa anying datang pagi malah di omelin?” Bangsat
emang!
“Baik bu, saya lebih
baik pulang”.
“Iya sana kamu
pulang, jika sampai tanggal 2 saya tidak menelpon maka kontrak kamu gugur”.
“Iya bu, ibu bisa
berhenti ngebacot gak?” Saya akan dengan senang hati berhenti dari tempat ibu.”
Jeggerr. Reflex gue
merusak segalanya.
Belum genap seminggu gue bekerja. Kenyataan pahit harus gue
terima. Nampaknya gue belum siap untuk bekerja dalam tekanan. Sampai hari ini
panggilan itu tak kunjung datang. Maka mudah saja untuk di tebak. Kontrak gue
di cut begitu saja. Ah si anyingg!
The hate you give. Apa yang lu benci, itu yang akan lu
dapatkan. WANJING!
Canggu, Badung, BALI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar