Sebuah Catatan Permulaan bagian 13


                Malam telah larut dan gue baru saja menghadap layar laptop. Di pojok sudut kanan bawah Nampak sederet angka yang menunjukan Pukul 02.15 AM sebagai penanda dini hari segera tiba. Dan angka lainnya mewakili hari dan tanggal yakni 05/05/2019 di tahun masehi musim penghujan. Yap semenjak kedatangan gue di pulau dewata musim penghujan pun belum juga berakhir. Sebaliknya waktu berganti dengan cepat, hari-hari berlalu tak pernah melambat. Ada secerca harapan sekiranya apa yang kita lakukan dalam keseharian setiap harinya tidak meninggalkan kecemburuan di sekitar kita, mengingat sebagai manusia ada naluri iri dan dengki yang tak pernah padam meski secara alamiah kita telah menyadari bahwa susah senang acapkali dirasa sama, dan bahkan susah senang silih berganti adalah  kesementaraan yang mutlak. Life is temporer. Secara manuasiawi kita menyadarinya akan tetapi kita pula mengabaikan keabsah-annya.

Ada beberapa kabar buruk yang sekiranya menjadi bahan dalam lanjutan catatan ini. Tentunya masih perihal yang sama yaitu pekerjaan dan survival. Ya semenjak gue memilih Bali sebagai pelarian, ada harapan besar untuk mengubah kebiasaan lama yang dari dulu selalu melekat dan menjadi dominan dari keseharian gue Yaitu Pemalas dan Penunda. Malam susah tidur, Pagi susah bangun, dan Siang selalu ngantukan. Dan masih banyak lagi penebusan yang harus gue kerjakan jika sang Maha Penguasa menghendaki. Yes i always to hope. Gue sadar, mungkin beberapa dari kawan-kawan mengalami hal yang sama. Dalam istilah kesehatan biasa dikenal dengan sebutan insomnia. Tentunya ada banyak factor dibalik penyebab susah tidur ini. But persetan dengan insomnia. Ada hal lain yang pengen gue tulis hari ini.

Setelah email gue di bales beberapa minggu kemarin maka sesudahnya gue mendapat panggilan perihal wawancara. Awalnya gue cukup pede karena sesi wawancara tidak jauh dari apa yang gue prediksikan sebelumnya. Apalagi beberapa pertanyaan dalam sesi wawancara memang sesuai keprofesian gue dulunya. Yap gue cukup yakin meskipun disatu sisi gue minim ilmu teori perihal kelistrikan. Tapi gue tetep pede, apalah itu gue cukup sigap untuk menjawab beberapa pertanyaan seputar apa itu arus AC DC atau juga  bagaimana caranya membuat partisi dalam installasi listrik rumahan. Ada beberapa tahapan yang harus gue lewati tentunya. Tes tulis dengan essay bahasa inggris. Dan juga wawancara dengan owner atau pemilik usaha itu sendiri.

Meski gue mampu menyelesaikan beberapa hal tersebut, gue gak langsung diterima dan di intruksikan untuk menunggu telephone dari perusahaan. Lagi-lagi fase yang menjanjikan.

Selasa siang handphone gue berdering kencang:

“Selamat siang, apa benar dengan Pak Fajri?” terdengar suara sesosok perempuan di ujung telephone.
“Iya benar sekali. Dengan saya sendiri.” Sahut gue dengan spontan.
“Jam 2 siang pak Fajri bisa menghadap ke kantor?” kami dari LoveAnchorCanggu.
“Oh iya mbak, bisa.”
“Nanti langsung aja datang ke Office. Kalo bapak bersedia kita langsung teken kontrak perihal kontrak kerja” Ujarnya lagi dari ujung telephone.
Dalam hati “Anyingg aing keterima gawe” HA HA HA.
Dengan riang dan berseri-seri telephone pun segera gue matikan dan bergegas bersiap-siap menuju kantor sesuai instruksi yang barusan gue terima. Akhirnya gue keterima gawe sebagai engineering di salah satu pusat perbelanjaan di daerah Canggu kabupaten Badung, Bali. Hell yeah gak!? Wakakaka.

Okeh lanjuuut.
Pukul 01.45 Pm gue meluncur ke tempat yang telah dijanjikan. Adalah Office, sebuah ruangan persegi empat yang belakangan gue kenal sebagai kantor pusat dalam pengoperasian dan pengontrolan adminstrasi dan juga mengawasi kinerja staff-staff yang bekerja di dalamnya. Nampak juga beberapa deretan monitor computer sebagai penunjang dari fasilitas diruangan ini. Ruangan ber-AC dengan dekorasi classic lampu pijar yang melingkar di langit-langit juga interior dinding berbahan dasar kayu jati yang tampak masih baru. Seperti bekas pernis di ujung-ujung dekorasi yang masih menyisakan jejak bahwa ruangan ini sepertinya baru habis di renovasi.

“Selamat siang pak, saya HRD dari office ini. Untuk selanjutnya bapak akan berurusan dengan saya dalam hal koordinasi dan juga konsultasi apabila bapak menyetujui dan berkenan untuk bekerja pada perusahaan kami.”
“Bapak bisa baca dulu perjanjian kontraknya. Jika ada pertanyaan silahkan untuk di tanyakan.” Makasih ucapnya sambil menyodor draft kontrak kerja.”

Untuk beberapa saat gue membaca passal demi passal secara seksama. Meski begitu otak gue udeh dipenuhi dengan semangat kerja sembari berharap ini adalah jawaban dari usaha gue belakangan ini perihal pekerjaan. Dan keyakinan itu semakin menguat bahwa awal baru yang gue impikan belakangan ini terpenuhi. Yaitu bekerja dan bekerja. Make a money for my self. Wanjing! Gue hanya berharap bisa menghasilkan uang dengan cara yang benar dan dengan keringat sendiri tanpa membuat risih orang lain. Hmppp.

Dan DONE. Tanpa sedikit keraguan gue menandatangani surat perjanjian kontrak kerja tersebut. Meski gue dalam posisi formal dan dalam keadaan negoisasi, tapi otak gue udeh berterbangan kemana-mana. Membayangkan menghabiskan gaji pertama dengan Sohib gue. Yoi doi adalah orang pertama yang harus gue cekokin. Barangkali hukumnya menjadi fardu ain untuk yang satu ini. Muehehe.

Byarr!!! Lamunan gue buyar ketika suara yang sama menghampiri tempat duduk gue.

“Jadi ini adalah list kerja bapak. Bapak akan ditugaskan sebagai engineering dan juga sebagai maintainence. Sehingga bapak akan bertanggungjawab secara penuh sesuai SOP dan standar dari porsi kerja bapak.” Ungkapnya panjang lebar sekaligus menjelaskan apa-apa saja yang akan menjadi pokok pekerjaan gue nantinya.
“Oia jangan lupa tugas bapak mengontrol dan mengatur jadwal pemeliharaan terkait alat-alat elektronik di tempat ini.” Jelasnya lagi. Bapak bisa hubungi saya di nomer ini atau juga lewat email kantor. Ungkapnya melanjuti penjelasannya.

Dalam benak gue sih antara faham dan tidak faham ketika di hujani sebegitu banyak penjelasan 
perihal porsi kerja gue nantinya. Meski begitu gue tetap menunjukan gelagat bahwa gue faham sepenuhnya atas penjelasan demi penjelasan yang baru saja ia utarakan.

Sebelum gue melanjutkan pertanyaan lebih jauh. Suara itu kembali berucap, “Oia sebagai penyesuaian jam kerja bapak untuk sementara dimulai dari pukul 12.00 siang sampai pukul 08.00 malam.” Untuk lebih lanjut nanti akan saya informasikan.” Tuturnya mengakhiri pembicaraan.

Tanpa protes dan Tanya yang belum sempat di tanyakan gue akhirnya menyetujui dan menyesuaikan segala sesuatu sesuai penjelasan dan SOP yang diserahkan olehnya.

Semangat itu masih menggebu-gebbu dan mudah saja untuk di prediksi. Malam itu gue gak bisa tidur dengan nyenyak. Semangat yang menderu dan berpacu dengan malam panjang benar-benar membuat tidak nyaman. Huh hah hoohh.

Handphone gue kembali berdering:

“Selamat pagi, Pak fajri jadi kan siang ini mulai masuk kerja?”
“Iya bu, saya akan tiba di sana sesuai jadwal”.
“Baiklah, ada beberapa hal yang mau saya sampaikan”.
“Oke baik bu”. Balas gue.

Dan booomm hari pertama berjalan dengan lancar. Meski rada kaku ketika gue di perkenalkan ke karyawan yang lain perihal gue sebagai karyawan baru, tapi semua tetap berjalan lancar.  Tugas gue pun terbilang sederhana. Hanya melakukan controlling sepanjang hari dan sesekali melakukan koordinasi dengan staff keamanan. Koordinasi harus terus gue lakukan karena menurut mbak HRDnya gue harus melakukan itu secara rutin selama jam kerja.

Okeh kita masuk hari kedua. Hari ini gue harus ke toko elektronik untuk melakukan belanja rutin dari kantor. Ada beberapa alat elektronik yang harus gue beli dan alat-alat tersebut akan dijadikan inventaris penunjang di tempat gue bekerja. Menurut informasi dari satpam, ada banyak alat-alat elektronik yang hilang selama renovasi berlangsung. Sehingga di perlukan untuk melakukan belanja, apalagi ini termasuk belanja rutinan. Lagi-lagi semua berjalan lancar.

Hari ketiga, gue memutuskan untuk datang lebih pagi. Tepatnya pukul 08.00 wita. Adapun yang gue rencanakan adalah jika gue masuk pagi maka kemungkinan besar pukul 16.00 wita gue bisa pulang. Hal ini tentunya sesuai dengan jam kerja dari setiap perusahaan yang ada di Bali.

“Pak fajri dimana? Bisa menghadap kekantor”? tiba-tiba sebuah pesan masuk lewat jejaring sosial wassapp.
“Iya baik bu”. Balas gue sembari bergegas menuju kekantor.

Sesampainya gue di office.

“Pak fajri kenapa masuk pagi tanpa pemberitahuan”? Tanya HRDnya.
“Oh iya bu, saya sengaja datang pagi karena saya harus preparing sebelum memulai kerja”. Jawab gue.
“Iya tapi bapak harus melakukan laporan. Tidak bisa seenaknya mau masuk pagi atau siang”. Perlahan nada si HRD semakin menaik.
“Iya bu maaf sebelumnya jika belum ada pemberitahuan. Saya berniat akan menjelaskan kepada ibu jika ibu sudah tiba dikantor pagi ini.”
“Lah kok kamu nyalahin saya, saya emang datangnya jam segini.” Asal bapak tahu, kontrak bapak bisa gugur kapan aja jika saya memutuskan. Bapak jangan macam-macam dengan saya ya.”
“Iya bu, sekali lagi saya mohon maaf”.
“Gak bisa, saya gak suka jika karyawan saya tidak memenuhi aturan saya”. Sebaiknya sekarang bapak pulang saja dan tunggu panggilan dari saya”.
“Maksud ibu?”
“Kamu gak usah banyak nanya deh, sekali lagi saya beritahu. Kapanpun saya mau Pak fajri bisa saya pecat dari tempat ini.” Ungkapnya ketus.
Dalam hati gue bilang “Si anying bangsat, gue salah apa anying datang pagi malah di omelin?” Bangsat emang!
“Baik bu, saya lebih baik pulang”.
“Iya sana kamu pulang, jika sampai tanggal 2 saya tidak menelpon maka kontrak kamu gugur”.
“Iya bu, ibu bisa berhenti ngebacot gak?” Saya akan dengan senang hati berhenti dari tempat ibu.”
Jeggerr. Reflex gue merusak segalanya.

Belum genap seminggu gue bekerja. Kenyataan pahit harus gue terima. Nampaknya gue belum siap untuk bekerja dalam tekanan. Sampai hari ini panggilan itu tak kunjung datang. Maka mudah saja untuk di tebak. Kontrak gue di cut begitu saja.  Ah si anyingg!

The hate you give. Apa yang lu benci, itu yang akan lu dapatkan. WANJING!

Canggu, Badung, BALI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar