Sebuah Catatan Permulaan bagian 15


                Bagaimana mendeskripsikan keadaan gue saat ini? Padahal di benak ada begitu banyak kata-kata yang melintas. Berharap menjadi sebuah sebuah utas yang bermakna namun malah menjadi paragraph-paragraph yang membingungkan. Apakah ini pantas menjadi draft-draft kebingungan? Lalu jika iya maka untuk apa?

Ohh tidaak. Nampaknya ini adalah waktunya. Waktu yang sudah di tentukan sebelumnya, sudah saatnya catatan ini menyimpang ke sudut dan ruang yang berbeda.

Lalu tentang apa?

Maka pertanyaan ini akan bermuara kepada keberadaan tentang al-kisah si Putri yang datang dari kayangan. Yang lahir dilangit ketujuh diantara bintang-bintang dan benda langit yang bertebaran di ujung semesta nan jauh. Yap Ia adalah si Putri Tanpa Nama.
Siapakah dia?

Dia adalah mentari pagi yang menjadi gemerlap di tengah malam.  Yang selalu hadir dikala mimpi indah dan tidur panjang. Yang selalu muncul dan menebar senyum manisnya.  Dan juga, yang selalu datang dan pergi tanpa ragu ketika gue menginginkannya dalam tidur lelap malam panjang.

Yap Putri itu tidak bersayap meski ia datang dari kayangan. Konon, selama hidupnya ia telah melakukan penghambaan kepada Tuannya sepanjang waktu dan tiada henti. Tapi si Putri itu pernah patah hati. Terbuai oleh cinta semunya di waktu yang lampau. Akibat sakit hatinya, ia kemudian memohon kepada penciptanya agar ia tak ingin lagi ada cinta di dalam hatinya. Lalu dengan segala kepedihan serta kesedihannya, ia kemudian mematahkan kedua sayapnya tanpa sedikitpun takut akan penyesalan yang akan datang dikemudian hari. Sungguh dilematis.

Ia pun kemudian terlempar ke bumi lalu terjebak dalam realitas dan rutinitas yang ada di dunia. Meski kini ia menyerupai kebanyakan manusia fana, namun keistimewaan dirinya sebagai seorang Putri tidak lah hilang begitu saja. Senyumnya yang istimewa dan pandangan matanya yang tajam menjadikan dirinya tetaplah seorang Putri yang berkharismatik. Meski ia tak lagi tinggal di kayangan, ia tetaplah Putri dengan wujud yang rupawan dan mempesona.

SINGKAT CERITA, Suatu ketika ia menghampiri tidur panjang dan mengganggu gugat mimpi indah yang kian menjamur di kepala. Entah apa yang merasukinya. Ia datang begitu saja. Lalu mengeluarkan banyak kata-kata mutiara yang tampak seperti murka seorang Adam kepada anak cucunya.

“Hei kau pria hitam, bangunlah dari tidur panjangmu, apakah kau lupa dengan kewajibanmu ketika hidup di dunia?”
Tanpa bisa menjawab gue terbangun dari tidur panjang itu. Sembari bergumam, “Siapakah sesosok misterius itu? Apakah ia nyata ataukah hanya ilusi semata?”

Lalu keesokan harinya, gue kembali kedalam tidur dan berharap kepada sebuah keajaiban agar ia datang malam ini dan tinggal lebih lama  didalam mimpi panjang yang sedang gue telusuri. Untuk kali ini gue lebih bersiap-siap dengan segala konsekuensinya. Oh tidur aku takut denganmu tapi juga bangga padamu. Terimakasih tidur. Kau menjadi istimewa.
Bagaimana tidak?

Kali ini si Putri tampak lebih nyata dari kedatangannya yang pertama. Alis matanya yang lentik dengan kelopak yang bulat melengkapi senyum manis dari bibirnya yang nampak memerah. Ia begitu nyata di depan mata. Apakah ini keajaiban yang gue harapkan itu? Entahlah hanya Tuan tak bertuan yang tahu.

Tapi kedatangannya kali ini benar-benar berbeda dari sebelumnya. Bahkan tanpa kata-kata ataupun ocehan yang menakutkan seperti kedatangannya di hari kemarin. Ia hanya meninggalkan jejak bahwa ia nyata. Seolah menegaskan bahwa ia mempunyai eksistensi didalam kehidupan fana ini. Tak satupun kata yang keluar dari bibir manisnya. Hanya tatapan tajam dengan senyum yang mencibir yang terlihat jelas dari raut wajahnya. Sementara itu gue bersusah payah mencoba menerjemahkan apakah gerangan dari pesan yang tersirat dari kedatangannya kali ini. Sontak gue terbangun dan si Putri pun hilang begitu saja.

Gue semakin penasaran. Siapakah sesusungguhnya gerangan yang penuh misterius ini? Apakah kedatangannya atas kehendaknya sendiri? Ataukah ia hanyalah utusan dari Tuan yang tak bertuan? Datang sebagai penghibur?

Semakin lama gue bergelut dengan pertanyaan-pertanyaan yang membingungkan, semakin besar pula hasrat agar bisa menyapanya lebih jauh. Sekedar ingin tahu perihal maksud dan tujuannya. Kira-kira begitulah mengartikan hasrat yang sedikit malu-malu ini.

Malam berikutnya ia kembali datang kedalam tidur lelap sesuai keinginan gue sebelumnya. Untuk kesekian kalinya gue selalu menginginkan tidur panjang dengan mimpi yang indah.

Tiba-tiba suara itu memecah keheningan.
“Tahukah kamu, bahwa menyerah dengan keadaan adalah pekerjaan seorang pengecut?”
Perlahan Tanya itu semakin nyaring dan jelas.

Untuk ketiga kalinya ia menghampiri dan kian terasa semakin nyata. Seperti mimpi di dalam mimpi. Tanya itu seolah menyalahkan keputusaasaan yang sedang menimpa tubuh ini.

Gue memilih diam dan hanya terpaku dengan pesona dan aura yang tepancar dari balik tubuh cantiknya. Didalam pikiran gue terbuai khayalan, memadukan halusinasi yang kian memukau. Sekilas pancarona itu terlihat seperti cahaya biru pemberi harapan. Harapan yang ikut sirna bersama gelak tawa semenjak putus asa datang menghampiri beberapa tahun kebelakang.

Demikian dengan ingatan yang menghitam, merah memudar di tengah semangat hidup yang ikut terpuruk. Semua aral yang pernah terucap bahkan tak pernah kembali. Meratapi kegagalan yang ganas menyerang. Sesaat gue memikirkan akankah ia akan tinggal untuk selamanya? Lalu bagaimana caranya menerima dirinya sementara ia adalah Putri yang agung? Ia layak menjadi sempurna untuk dipuja.

Dalam kesunyian dan keragu-raguan lantas si Putri berseru “Bangunlah, tidurmu sudah cukup untuk hari ini” Ia kemudian berlalu pergi diantara peraduan yang belum sempat meredam pedih dan sedih. Apakah gue terselamatkan? Ah entahlah si Putri kembali hilang meninggalkan bisik-bisik bertabur pilu yang belum sempat terjawab.

Makna itu seperti pintu terlarang. Si Putri itu hanya membangkitkan rasa yang pernah hilang, menanyakan asa yang pernah sirna. Bahkan semua yang kelabu dan yang keliru kemudian dijadikan alasan bahwa gue layak untuk hidup seribu tahun lagi. Jangan pulang sebelum Tuanmu memanggil, Setidaknya itu adalah kalimat yang terucap sebelum si Putri benar-benar pergi menghilang.

Semenjak malam itu hidup menjadi ruang hindar yang semestinya gue pijak untuk terus menghias jarak antara ada dan tiada.  Gue menjadi curiga, bahwa curigaku pun selalu di curigai sebagai sebuah kesalahan. Selalu saja ia menghilang di penghujung kata yang penuh makna. Hari itu gue benar-benar kacau di buat olehnya.

Ia menjadi sangat misterius, sulit ditemukan, menjadi jarang terlihat di mimpi-mimpi berikutnya. Sesekali ia datang menghampiri , melintas melalui peristiwa di lini masa. Bukankah ia menjadi istimewa di dalam mimpi-mimpi sebelumnya?

Senang lalu tertawa, sedih lalu termenung. Bahkan terkadang keduanya tercampur menjadi satu adukan yang majemuk. Ah Putri kau benar-benar berada diantara ada dan tiada.  Bagi yang telah lama terluka maka tiada lagi rindu yang akan mendekat. Hanya menjaga lupa kepada mereka yang telah menjauh.

Setidaknya berkat si Putri Tanpa Nama itu, titik balik dari kecewa pada masa lampau terobati secara perlahan. Hati yang pernah patah dan retak kembali merasa pantas untuk menyukai kembali.

Sekedar pengharapanku agar kau tetap tahu. Lukamu, lukaku, adalah luka yang pernah mendatangi kita semua.

Canggu, Bali 14/05/2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar