Sebuah Catatan Permulaan bagian 2


Akhirnya hal yang menggelitik itu muncul juga. Rupanya pertanyaan berupa “Kenapa bali cenderung di datangi bule?” Maka ada banyak jawaban yang bervariatif mengenai hal ini. Semisalnya orang Inggris, mereka sengaja datang ke bali karena di Indonesia mereka bisa bebas berkendara roda dua sepuasnya. Menurutnya di Negara asalnya mereka hanya bisa ngebut-ngebutan atau ugal-ugalan di jalan raya hanya bisa menggunakan roda empat. Belum lagi di Negara asalnya ada banyak aturan mendasar yang harus mereka penuhi apabila ingin mengendarai roda dua. Beda lagi dengan bule asal Spanyol. Di Negara asalnya harga rokok Marlboro bisa mencapai 30 Dollar atau dalam Kurs Rupiah bisa mencapai 4 Ratus Ribu Rupiah. Itu artinya, di Bali dia bisa saja menghabiskan beberapa dollar untuk membeli rokok semata. Maka kemudian menjadi wajar apabila bali menjadi tempat tujuan destinasi international. Tentunya ada banyak alasan lain di belakangnya yak. Oke kita lanjut.

Fakta bahwa Bali di dominasi oleh para pendatang dari luar negeri tak bisa di bantahkan. Karena sekali lagi Pulau Dewata menjadi sempurna bagi beberapa bule eropa sebagai tempat pelarian.
Selain wisata alam yang membentang luas, Bali juga menyimpan keunikan lainnya. Yaitu masyarakat adat. Meskipun hanya Islam KTP, Gue tetap terlahir sebagai seorang seorang muslim yang didalamnya telah mengenal Rukun dalam ajaran agama Islam, Sehingga ketika membandingkan dengan keadaan sekitar menjadi tidak mengherankan apabila melihat di sekeliling lingkungan bahwasanya ajaran Hindu pun sama halnya dalam urusan anjuran beribadah. Dan hal ini lah yang kerap kali di praktekan oleh warga sekitar. Baik orang per orangan atau di setiap rumah-rumah atau juga secara berjamaah atau kelompok dengan mendatangi Pura atau tempat beribadahnya. Seringkali juga gue ngeliat masyarakat setempat melakukan ritualnya di sekitar bibi pantai. Yap masyarakat Bali sangat relegius perihal ini, dan bagi gue itu hal yang sangat mengagumkan.

Poin lainnya adalah gue gak butuh waktu lama untuk membedakan mana bule Eropa dan mana bule Ausie. Ada perbedaan yang cukup signifikan apabila diperhatikan secara seksama. Misalkan bule Ausie, mereka cenderung bersikap arogan. Mabok-mabokan dan tidak segan membuat onar di sekitar tempat dia menenggak alcohol. Bahkan lebih parahnya mereka gak segan-segan ribut atau terlibat cekcok dengan warga local.

Fakta ini di perkuat oleh sebuah keberadaan salah satu diskotik ternama di wilayah Canggu yaitu pihak pengelola bahkan memisahkan toiletnya antara toilet Domestic dan yang non Dosmetik. Artinya secara tegas pihak pengelola memisahkan antara warga local dan para wisatawan asing perihal penggunaan toilet. Ajib bukan?? Tentunya hal ini untuk mencegah kesalahpahaman daripada antar pengunjung.

Berbeda dengan para bule dari Eropa. Mereka cenderung tertutup dan terlihat lebih elegan. Sejauh pemantauan gue, kebanyakan dari mereka sengaja datang ke bali untuk rekreasi (LIBURAN). Tapi tidak menutup kemungkinan bahwa mereka bisa saja tinggal lebih lama di Bali. Semisalnya membawa sanak keluarganya dan tinggal lebih lama ketimbang sekedar hanya liburan semata. Hal ini diperkuat dengan banyaknya beberapa dari mereka yang kemudian memutuskan untuk membuka Usaha di kawasan Pulau Dewata. Baik itu café, restoran, tempat hibruran dan yang lain-lainnya. Entahlah gue perlu survey lebih jauh perihal ini. Wkwkk

Meski mereka bule Eropa cenderung khalem ketimbang bule Ausie mereka tetap aktif jika di ajak berdialog. Tentunya dialog dalam bahasa inggris ye. Kalo yang ini gue udeh nyobain. wkwkwk
Fakta lainnya yang kemungkinan besar tidak di ketahui oleh banyak orang adalah: Sebagian besar tempat hiburan yang telah disebutkan di atas adalah milik orang Asing. Artinya mereka secara Legal memiliki atau menguasai seluruh asset di dalamnya. Meskipun dalam teknisnya ada nama Pribumi sebagai pemilik sahamnya. Mungkin gue pelajari dulu data-datanya kali ye baru kita bahas lagi perihal ini. WKWKKWK.

Oke next. Fakta selanjutnya. Setelah beberapa minggu gue di Bali, akhirnya gue menemukan jawaban baru bahwa mitos “orang sunda yang gak berani merantau akhirnya terpatahkan”. Maklum bray , gue 8 tahun di Bogor dan gue percaya akan mitos itu. Pasalnya ternyata di Bali banyak orang sundanya men. Haha banyak beuud. Apalagi untuk kawasan seperti Canggu ini. Mereka reorang sunda banyak bertebaran dan berprofesi yang bervariasi pula. Hal ini cukup mengejutkan bagi gue. Karena selama ini gue percaya bahwanya orang sunda cenderung untuk diam di kampong halamannya alias tanah sunda.

Bahkan tidak susah untuk menjumpai reorang sunda di daerah ini. Harus gue informasikan pula jika kawasan Canggu tidak berbeda jauh dengan daerah Kuta atapun seminyak. Maklum bagi sebagian orang mengenal Bali hanya dengan Kuta-nya.

Okey kita luruskan. Jika di tarik lurus dari arah timur maka rentetannya seperti berikut: ”kuta-seminyak-canggu”. Adapun sepanjang pesisir pantai ini, lu bisa melihat lalu-lalang para bule setiap harinya. Baik pagi ataupun di sore hari aktivitas para bule seakan-akan tiada hentinya. Entah itu bule Ausie atau juga bule asal Eropa. Tentunya ama tanktopnye ye wkwkwk. Dan yang lebih mengejutkan adalah ternyata banyak reorang Sunda yang mencari hidup atau juga yang berprofesi yang bermacam-macam di kawasan ini. Baik sebagai karyawan, staff manager, atau juga profesi sebagai tour guide, instruktur surfing hingga sebagai tukang Tatto. Kaget aing bagooyy.

Oia ada satu lagi informasi yang  menjadi favorit gue sejauh ini. Ternyata wisatawan Asia gak kalah menarik dengan wisatawan Ausie ataupun Eropa. Bagi gue wisatawan Asia lebih menggairahkan ketimbang bule Eropa ataupun bule Ausie. Mungkin keperawakan mereka seperti orang indo kali ye. Ckckck. Putih bening bak personel cherrybelle. Wkwkwkk.

Sehingga sampai lah ke sebuah titik jika tiap harinya lu bisa liat nenen yang menggelantung ala Eropa ataupun Ausie  ternyata mampu menghilangkan pikiran mesum di otak lu. Yang meski gue sadar jika ini hanya asumsi pribadi tapi lu pada kudu nyobain. Lu gak bakalan konak kalok tiap harinya yang lu liat adalah bikini. Huahaha goblook.

Akan tetapi asumsi tersebut terpatahkan jika pemandangan yang lu lihat adalah lalu lalang  wisatawan Asia. Kesannya mereka lebih eksotis dan menggairahkan dengan tanktopnye. Upss huahaha.

Yoi bagi siapapun membaca kutipan ini silahkan lu datang di Bali dan rasakan sendiri sensasinya. Wahahaa OKe skip. Muehehe.

So hari ini gue ada “Job Kaget” yaitu jadi tour guide dadakan. Ada beberapa bule Eropa asal Jerman yang pengen liat sunset di Pantai Berawa Canggu. Dan gue mendapatkan kesempatan untuk menemani para Tamu dari luar negeri ini. Pajero is coming, buahaha.
Bye boy bye girl. Haha

Canggu, Bali 15 maret 2019.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar