Dan ketika
ujian sudah terlewati maka pujian yang kau tuai. Itu adalah perspektif yang
menyimpang. Yap gue cuman khawatir aja, tanpa disadari kita adalah golongan
orang-orang yang di penuhi rasa angkuh, hanya karena berhasil melewati beberapa
cobaan yang melintas.
So apakabar kawan-kawan? Beberapa hari ini gue bahkan ga
berani untuk menyentuh laptop. Terhitung seminggu penuh ini gue seolah-olah
kehilangan keberanian untuk melanjutkan catatan ini. Hal ini tentunya
berbanding terbalik dengan apa yang gue rencanakan sebelumnya. Yaitu: Apapun
yang terjadi gue harus menyempatkan
diri untuk menyalin segala sesuatu agar catatan ini terus berkelanjutan.
Rupanya mencatat segala sesuatu yang gue maksud tak semudah seperti apa yang
gue pikirkan dan gue rencanakan sebelumnya. Gue bahkan bingung dan seolah
hilang arah untuk menggambarkan keberadaan gue dalam salinan ini. Terutama
selama seminggu ini.
Sempat beberapa hari lalu gue coba untuk menulis ketika mood
sedang bagus. Lalu tiba-tiba saja kepala
gue brasa panas, kringat dingin bercucuran, dan mata menjadi lembab. Gue masih
memaksa diri untuk tetap melanjutkan pargraph demi paragraph hingga akhirnya
gue menyerah dan men-delete semua
paragraph yang telah menyebabkan ketidaknyamanan itu. kata temen gue mah “Ngapain lu bikin salinan kalok lu cuman
menyiksa diri?” wkwkwkk.
Yoi gue setuju apa kata temen gue. Pada akhirnya menulis
adalah sebuah kesenangan. Bentuk ekspresi yang sudah seharusnya membuat
siapapun untuk menikmati apa yang ia tulis. Bukan pula sebuah paksaan terhadap
diri agar keinginannya terpenuhi. Bagi gue ada dua kemungkinan yang bisa
membuat seseorang agar tetap menulis. Yaitu perasaan suka dan perasaan duka.
Sehingga jika gue harus menulis dalam keterpaksaan maka jelas gue tidak bisa
menikmati apa yang akan gue tulis. So disinilah kita, kembali kepada aktivitas
dan keseharian seperti roda mesin yang menderu tiada henti.
Suasana pantai Berawa hari ini agak berbeda seperti
biasanya. Pemandangan lalu lalang para wisatawan mancanegara serta para instruktur surving bahkan tidak terlihat
sama sekali. Rupanya cuaca hari ini sedang tidak bersahabat. Angin kencang dan
ombak besar yang tak beraturan menyebabkan para peselancar tidak bisa memainkan
papannya menyusuri ombak raksasa seperti hari-hari biasanya. Hanya terlihat
beberapa wanita Asia yang sibuk berswafoto sambil memainkan air laut sesisa
hempasan ombak yang menghampiri.
Hingga catatan ini dimuat gue hampir tidak pernah alpha untuk datang ke pantai ini setiap
harinya. Yap Berawa namanya. Lokasi ini berada di jalan Pantai Berawa, Desa
Tibuneneng, Kecamatan Kuta Utara. Perlu gue informasikan bahwa disinilah sunset
terbaik yang bisa kalian temui. Jika di sore hari maka sepanjang bibir pantai
di penuhi oleh para wisatawan. Baik mancanegara maupun wisatawan lokal. Dari sisi
aktivitasnya pun sangat bervariatif. Ada yang ber-santai ria, ada yang
berolahraga ringan, ada pula yang sibuk menjual pernak pernik khas Bali.
Di pantai ini pula berdiri sebuah restoran megah sepanjang
pesisir pantai canggu. Finns Beach Club. Pavilium bambu terbuka yang
menyediakan menu international, bar kolam untuk melihat matahari terbenam
dengan ke-eksotisannya. Dari penuturan temen gue yang bekerja disana, fasilitas
yang disediakan oleh Finns Beach Club antara lain 6 bar, Live Music,
Restaurant, Ruang Ganti, Wifi, Atm, dan Retall shop. Yang paling menarik adalah
Finns Beach Club menyediakan fasilitas tempat bermain night surfing di Bali. Hal ini bisa terlihat jelas dengan adanya beberapa
lampu Led raksasa yang di pasang di sepanjang pelataran tempat itu.
Pada intinya adalah untuk kesekian kalinya gue menemukan
jawaban selanjutnya kenapa Bali menjadi destinasi international. Seperti pada
ulasan sebelumnya perihal variasi alasan kenapa para bule sangat tertarik untuk
datang kesini. Maka alasan selanjutnya adalah mereka sengaja datang untuk
bermain surfing. Yoi Bali sebelumnya sudah terkenal di mata dunia dengan
ombak-ombak raksasanya. Tempat yang sempurna untuk para peselancar dunia. Tentunya
bagi gue ini adalah pemandangan baru ketika melihat para pesalancar sibuk
memainkan papannya. Semakin kecil diameter papan selancar maka semakin Pro seseorang yang memainkan papan
tersebut. Magic gan.
Meski begitu pantai lainnya seperti Uluwatu yang lebih
terkenal akan ombak-ombak raksasanya. Bahkan pantai uluwatu adalah salah satu
tempat yang menjadi penyelenggaraan surving skala international. Gue sendiri sih belon sanggup buat beli
papan selancar, apalagi jadi atlet. Wkwkwkk.
Matahari sudah tenggelam dan hari mulai gelap. Sudah saatnya
untuk beranjak pulang. Sampai jumpa di esok hari tentunya.
Oia guys Pemilu telah selesai tapi polemic masih tetap
berlanjut. Kemarin gue masih sempet menulis sebuah status kurang lebihnya
seperti berikut: “Bukan orientasi GOLPUT
yang kita bicarakan hari ini, tapi bagi gue ini adalah langkah maju, baik yang
pro ataupun yang kontra. Karena sudah sewajarnya bahasan seperti ini yang hadir
dalam pembicaraan kita. Bukan lagi viralisasi dari kasus #SaveAudry yang
mengecoh sejagad raya, ataupun unggahan grebek rumah dan pura-pura menjadi
gembel lalu masuk TV dan sebagainya. Pada intinya golput atau tidak memilih
bukanlah sebuah solusi alternative, akan tetapi keputusan untuk tidak memilih
adalah sebuah pilihan beradab. Terlepas dari hak dan tanggungjawab kita sebagai
masyarakat yang telah di atur dalam UUD 1945. Kenyataannya jika kemudian golput
adalah sebuah tindakan criminal maka pertanyaannya adalah dimanakah
tanggungjawab Negara terhadap masyarakat!? Bagi gue jawabannya sudah
kawan-kawan ketahui bersama. Pada dasarnya Negara dan segala system pendukungnya
adalah bentuk kediktatoran legal yang harus dimusnahkan. Dan itu sudah terbukti
jika kawan-kawan memperhatikannya secara seksama. Kesenjangan sosial dan sejuta
contoh kasus sesudahnya cukup untuk menyudahi teaterikal dan adu citra ini. Yap
seperti yang seringkali gue sampaikan. Bahwa gue tetap memilih untuk tidak
memilih dari kedua kandidat President yang telah mencalonkan dirinya.
Lalu apa yang terjadi dengan status itu? seketika kolom
komentar di penuhi dengan komentar-komentar dari beberapa golongan kelingking
ungu. Golongan-golongan ini tentu sebelumnya saling ribut satu sama yang
lainnya demi membela calon Presiden kebanggaannya. Tapi atmosfir itu berubah
ketika golongan ketiga muncul. Mereka lalu bersatu kemudian beramai-ramai
menyerang golongan ketiga. Sebuah pemandangan yang tentunya riskan untuk di
bahas. Politic the f*cking bulshit.
Semoga aje kalian-kalian yang waras tetep kondusif. Ckckckk.
Good bye boy, good bye girl.
Canggu, Bali 19-04-2019.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar