Sebuah Catatan Permulaan bagian 9


Intro: Dongeng Sebelum Tidur

                Dalam Kitab Kejadian, firman kreatif pertama dari Tuhan adalah: “jadilah terang.” Dalam komentar Zohar atas Kejadian (disebut  Bereshit dalam bahasa Ibrani, berdasarkan kata pembukaannya: “pada mulanya”) “nyala gelap” ini merupakan sefirah pertama: Kether Elyon, Mahkota Agung Tuhan. Ia tidak berwarna atau berbentuk: kabbalis lain lebih suka menyebutnya Tiada (ayin). Bentuk ketuhanan tertinggi yang bisa dikonsepsikan oleh manusia disamakan dengan ketiadaan karena ia tak bisa diperbandingkan dengan sesuatu yang ada. Oleh karena itu, semua sefiroth lahir dari Rahim ketiadaan. Inilah tafsiran mistikal terhadap doktrin tradisional tentang penciptaan ex nihilo. Proses ekspresi diri Tuhan terus berlanjut seperti pancaran cahaya, yang menyebar ke wilayah yang semakin meluas. 

Zohar menyatakan lagi:

Namun, ketika nyala ini mulai memiliki ukuran dan keluasan, ia menghasilkan warna-warna yang cerah. Sebab pada inti terdalamnya muncul sumber yang melimpahkan nyala ke segala yang ada di bawahnya, tersembunyi dalam rahasia misterius En Sof. Sumber itu menembus, namun tidak seluruhnya tertembus, aura abadi yang mengelilinginya. Semuanya bisa diketahui sepenuhnya hingga di bawah terobosan itu, sebuah titik di langit bersinar terang. Di luar titik ini tak lagi yang bisa diketahui atau dipahami, dan ia disebut bereshit, Permulaan: firman pertama dari penciptaan.

Yang dimaksud dengan “titik” di sini adalah Hokmah (kebijaksanaan), yaitu sefirah kedua yang mengandung bentuk ideal dari semua yang tercipta. Titik itu berkembang menjadi sebuah istana atau bangunan, yang kemudian menjadi Binah (akal), sefirah ketiga. Ketiga sefiroth tertinggi ini mewakili keterbatasan pemahaman manusia. Kaum kabbalis mengatakan bahwa Tuhan ada di dalam Binah sebagai “Siapa?” (Mi) yang agung, yang menjadi awal setiap pertanyaan. Namun, tak mungkin mendapatkan sebuah jawaban. Meskipun En Sof secara perlahan menyesuaikan Dirinya ke dalam keterbatasan manusia, kita tetap saja tidak bisa mengetahui “Siapa” itu: semakin tinggi kita naik,”DIA” pun semakin diselimuti kegelapan dan misteri.

Sumber:"TUHAN KAUM MISTIK"

Denpasar, Bali 12 april 2019.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar